Minggu, 12 Maret 2017

dr. Betty Dwi Lestari, Sp.PD

Dokter spesialis penyakit dalam

Sering sakit membuatnya pingin jadi dokter
dr. Betty Dwi Lestari, Sp.PD

Dr. Betty Dwi Lestari, Sp.PD adalah dokter spesialis penyakit dalam. Saat ini praktek di Rumah Sakit Hermina Dokter  di Pancoran Mas, Depok, dan di Rumah Sakit Graha Permata Ibu di Beji, Depok. Betty adalah dokter lulusan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Ia merupakan anggota dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Layanan kesehatan yang diberikan adalah konsultasi kesehatan dan penyakit dalam.

Liku-liku hidup memang penuh misteri. Sering tak bisa diprediksi dengan pasti apa yang akan terjadi dalam perjalanan hidup seseorang. Demikian juga dengan kisah hidup Betty. Sebagaimana anak-anak di kampungnya kala itu, ia semasa kecil cukup aktif bermain ala kampung dengan permainan-permainan tradisional yang sederhana.

"Saya dari kampung di Kulon Progo, tinggal bersama orang tua di rumah kakek dan nenek. Kami hidup tanpa listrik, penerangan seadanya. Bermain, berlari, lompat-lompatan, ya permainan kampunglah. Beda dengan anak-anak zaman sekarang yang akrab dengan gadget bermain game," kisahnya.

Menginjak usia yang belum genap masuk Taman Kanak-kanak (TK), Betty dan keluarganya pindah ke Yogyakarta ke tempat tugas baru ayahnya yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Di Kota Gudeg inilah, ia tumbuh dan dewasa bersama kedua orang-tuanya.

Masuk Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM), seakan mimpin bagi Betty. Pasalnya sejak kecil selalu terbayang akan gelar insinyur yang bakal bersanding dengan namanya. Namun sejak di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) niatnya itu mulai redup. Bukan tanpa alasan, atas motivasi dan dorongan orang-tuanya, anak kedua dari empat bersaudara ini ini memilih untuk menjadi dokter.

"Dulu pengen-nya ke teknik arsitek, tapi saat sering sakit-sakitan seperti asma, orang tua mendorong saya supaya menjadi dokter saja. Kata mereka, jadi dokter bisa merawat diri sendiri, merawat orang tua dan orang lain," kenangnya.

Mulanya Betty sempat bingung. Namun akhirnya memantabkan pilihan terakhirnya itu dan mendaftar ke UGM selepas lulus dari SMA Negeri 1 Yogyakarta tahun 1996. Di kampus ini, ia benar-benar memanfaatkan waktunya untuk tekun belajar. Pola didikan orang tua yang menanamkan kedisiplinan pun menjadi alasan atas sejumlah prestasi yang pernah diraihnya semasa kuliah. Di antaranya, tahun 1998 sebagai Juara I LKIP Tingkat Nasional bidang Kesehatan serta menjadi Mahasiswa Berprestasi I Fakultas Kedokteran UGM pada 1999.

Kimia Farma
Lulus dan meraih gelar sarjana kedokteran pada 2003, Betty memulai karirnya dengan bekerja di Klinik Kimia Farma Yogyakarta. Mengemban tugas sebagai dokter muda menyimpan cerita dan kenangan tersendiri. Penuh gejolak dan tantangan. Ia harus berjibaku melawan dirinya sendiri dan menghadapi pasien dengan beragam tuntutan. Meski begitu semangatnya tak pernah meredup. Sebab ia begitu peduli pada setiap pasien yang membutuhkan sentuhan tangan dingin dokter muda ini. Bahkan rasa pedulinya itu semakin menggebu untuk mendalami ilmu kedokterannya, sebagaimana banyak keluhan penyakit para pasien yang ia jumpai.

Tahun 2005 dokter Betty melanjutkan pendidikannya dan mendalami spesialisasi penyakit dalam di UGM. Ia berhasil meraih gelar magister dan menyandang predikat Spesialis Penyakit Dalam (Sp.PD) pada tahun 2010. Tahun pertama sebagai dokter spesialis, ia bekerja di RS Jogja Internasional Hospital (JIH) Yogyakarta. Selang setahun berikutnya, ia hijrah ke Kota Depok dan bekerja di RS Grama Permata Ibu Depok. Tahun 2013 dokter Betty kembali terpanggil untuk ikut melayani dan mengobati pasien di RS Hermina Depok. Kini, ibu tiga orang anak ini masih aktif bekerja di kedua rumah sakit tersebut.

Meski sibuk dengan rutinitasnya itu, namun Betty mengaku masih sanggup mengurusi pekerjaan rumah sebagaimana ibu rumah tanggap pada umumnya. "Sebelum ini memang saya bekerja di tiga rumah sakit, tapi sekarang hanya dua. Alhamdulillah saat ini bisa tercober, karena lebih punya waktu luang untuk keluarga," tandasnya.

Betty berharap, kelak salah satu puteranya dapat mengikuti profesi kedokterannya. "Saya lihat potensi ini sudah ada di anak kedua saya," ucapnya.

"Menjadi dokter itu ternyata enak lho. Bisa membantu orang, mengubah seseorang dari 'membenci' penyakit yang diderita menjadi 'berdamai/ bersahabat' dengan penyakitnya," lanjutnya.

Edukasi
Dalam perjalanan karirnya sebagai seorang dokter, sampailah pada kesimpulan bahwa tidaklah cukup seorang pasien  hanya mendapatkan pengobatan tanpa edukasi. Menurutnya, banyak masyarakat yang masih terjebak akan tawaran menarik dari berbagai produk herbal maupun suplemen yang bebas beredar.

Untuk ini, berbagai cara dilakukannya guna memberikan pemahaman dan pengertian yang lebih jelas tentang risiko dan bahaya menggunakan obat-obat yang bebas beredar. Salah satunya adalah melalui website http:dokterbetty.com. Dalam website ini juga ia memberikan kesempatan kepada masyarakat umum untuk bertanya mengenai berbagai penyakit yang dialami.

"Saya suka menulis terkait berbagai penyakit dalam yang sering dijumpai di masyarakat. Saya ingin sekali agar tulisan-tulisan saya bisa dibaca orang lain. Sehingga semakin banyak orang bisa mengetahui dengan lebih jelas tentang penyakit dalam," katanya.

Menurut Betty, untuk mengobati seorang pasien, seorang dokter harus melakukan beberapa tahapan. Mulai dari anamnesis atau wawancara. Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik. Jika masih ragu, dilanjutkan ke pemeriksaan penunjang, seperti ke laboratorium atau rontgen. Setelah itu baru bisa diketahui diagnosis pasti dengan obat-obatan yang direkomendasikan dokter.

"Delapan puluh persen diagnosis adalah dari anamnesis. Dari situ kita sudah bisa mengarah kepada sebuah penyakit. Jadi tidak sesederhana itu memberikan obat pada pasien, apalagi penyakit dalam," tegasnya.

Meski demikian, baginya, obat-obatan herbal tetap bisa digunakan namun hanya sebatas sebagai pelengkap.

Biodata
Nama lengkap dan gelar:dr. Betty Dwi Lestari, Sp.PD.
Nama panggilan:Betty.
Tempat, tanggal lahir:Desa Gulurejo, Kecamatan Lendah, 
Kabupaten Kulon Progo, sebelah barat kota Yogyakart.
Tanggal lahir:12 Agustus 1977.
Nama suami:Rahmat Ali Hakim.
Pendidikan
*Lulus SMA Negeri 1 Yogyakarta (1996).
*S1 Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah mada (1996 – 2003).
*S2 dan Spesialis Penyakit Dalam Kedokteran Universitas Gadjah Mada (2005 – 2010).
Pengalaman kerja
*Klinik Kimia Farma Yogyakarta (2003 – 2005).
*RS Jogja Internasional Hospital (JIH) Yogyakarta (2010).
*RS Graha Permata Ibu Depok (2011 – sekarang).
*RS Hermina Depok (2003 – sekarang).
Workshop, pelatihan dan prestasi
*AFS Japan Year Program Student Exchange (1994 – 1995).
*Juara I LKIP Tingkat Nasional bidang Kesehatan (1998).
*Mahasiswa Berprestasi III Universitas Gadjah Mada (1999).
*Mahasiswa Berprestasi I Fakultas Kedokteran UGM (1999).
*Pelatihan Endoskopi RSCM (2013).
Sumber :
*Http://dokterbetty.com/profil/
*Http://www.konsula.com/id/indonesia/dokter/dr-betty-dwi-lestari-sppd

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Erick Thohir

  Menteri BUMN (2019-2024)   Dari Media, Olah Raga sampai Sarinah Ditulis Muhammad Anwari SN. Saat ini Erick Thohir masih menjabat Menteri B...