Jumat, 02 Februari 2018

Profil Sasha Masadha








Sasha Masadha
GA Manager PT Eude Indonesia

Mahasiswa sekaligus dosen

Nama lengkapnya Sasha Masadha. Kurang lebih sudah 14 tahun wanita yang biasa dipanggil Sasha ini bekerja di PT Eude Indonesia, perusahaan kayu milik orang Swedia. Sasha mulai bekerja di PT Eude Indonesia tahun 2003. Karirnya dimulai dengan memegang jabatan sebagai asisten manager. Pekerjaannya banyak sekali. Padahal dia single fighter, bekerja sendirian dengan banyak pekerjaan yang antara lain ngurusi divisi accounting (keuangan), shipping (ekspor impor), dan HRD (Human Resource Development – pengembangan sumber daya manusia), bahkan juga ikut ngurusi bagian pemrosesan dokumen orang asing. Itulah awal karirnya di PT Eude Indonesia. Meskipun tugasnya tidak sedikit tapi semua bisa dijalankan dengan baik.

PT Eude Indonesia




Kemudian tahun 2008 Sasha Masadha naik jabatan menjadi Officer Manager. Empat tahun kemudian, tepatnya tahun 2012 diangkat menjadi HRD General Affair Manager. Mulai tahun 2012 itu tugasnya fokus ngurusi karyawan mulai dari pencarian tenaga kerja, pengelolaannya, pengembangan karirnya, sampai ketika harus melakukan efisiensi atau PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). General Affair itu bisa diibaratkan dapurnya sebuah perusahaan yang mengurusi kebersihan lingkungan, kenyamanan dan dokumentasi perusahaan. Dokumen perusahaan itu sendiri meliputi izin perusahaan, izin orang asing, dan order purchasing (pembelian material produksi).

Kerasan
Yang membuat Sasha betah bekerja di PT Eude Indonesia karena bosnya baik. Bigg boss-nya orang Swedia yang bisa mengayomi karyawan dan siap memberikan reward pada karyawan yang berprestasi. Itulah yang membuat terus tertantang tetap di situ.

Menurut Sasha, HRD itu bisa diibaratkan kakinya ada di dua tempat. Satu sisi kakinya ada di perusahaan karena mewakili pimpinan atau perusahaan. Sedangkan kaki yang sebelahnya harus berada di karyawan karena berkaitan dengan karyawan. Sehingga harus bisa merangkul atasan dan bawahan supaya bisa selaras maju untuk kegiatan usaha.

Kalau karyawan mempunyai ide, usulan atau keinginan, HRD harus bisa menyampaikan ke pimpinan. Namun karyawan kalau minta sesuatu pada perusahaan cara menyampaikannya kadang dengan cara kurang baik. Oleh sebab itu menjadi tugas HRD untuk menyampaikan keinginan karyawan ke pimpinan atau atasan dengan cara yang baik dan santun. Sebaliknya kebijakan dari perusahaan tidak selalu bisa diterima oleh karyawan. Maka menjadi tugas HRD untuk menyampaikan kebijakan perusahaan supaya bisa diterima karyawan dengan baik.

“Itu tantangan tersendiri buat saya, bagaimana melakukan pendekatan kepada atasan dengan merangkul teman-teman karyawan,” katanya.

Itulah sisi seninya bekerja di HRD atau personalia yang membuat dia kerasan dan terus tertantang untuk tetap di HRD.

Demo
Tidak puas dengan kebijakan perusahaan tempatnya bekerja karyawan PT Eude Indonesia pernah melakukan unjuk rasa. Itu terjadi tahun 2013. Sasha dibantu Dinas Tenaga Kerja berupaya menghentikan demo supaya karyawan bisa lebih fokus pada pekerjaan.

Tapi menurut Sasha, tidak semua pelaku demo bisa dikenakan sanksi. Sanksi hanya bisa diberikan pada pelaku demo yang tidak sesuai aturan dan merugikan perusahaan. Saat terjadi demo itulah posisi HRD berada pada dua pihak yang berlawanan antara karyawan dan perusahaan. Maka HRD bertugas meredakan ketegangan antara perusahaan dan karyawan. Pada saat demo itu keduanya saling ada curiga. Di satu pihak curiga gek-gek koe engko ngene. Sementara di pihak lain mencurigai gek-gek kamu akan melakukan sesuatu. HRD harus bisa ngeyem-yemi pengusaha dan karyawan. Kemudian karyawan yang masih membandel, masih melanggar aturan, akan dikenakan sanksi tersendiri sesuai kebandelannya.

HRD kan ditugasnya mengelola karyawan. Karyawan yang bagus kami beri reward (penghargaan). Sedangkan karyawan yang kurang bagus atau bandel kami ingatkan secara tertulis maupun lisan. Kemudian mereka kami suruh membuat pernyataan tidak akan mengulangi lagi. Kalau masih mengulangi perbuatannya kami berikan sanksi terakhir berupa pemecatan atau PHK,” jelas Sasha.

Demo bisa terjadi karena Serikat Pekerja (SP) dipengaruhi pihak-pihak luar yang tidak mengerti urusan rumah tangga perusahaan. Kebetulan SP saat itu belum kuat atau rasa kepercayaannya terhadap perusahaan berkurang, sehingga mudah diprovokasi orang luar. Dalam kondisi seperti itu SP sudah tidak percaya terhadap HRD. SP akan menganggap bahwa HRD ini adalah orangnya perusahaan yang tidak bisa membantu karyawan. Tapi berjalannya waktu dan HRD mengeluarkan program-program yang bisa ditunjukkan ke karyawan, karyawan akan berubah pikiran. Akhirnya mana yang benar dan yang tidak akan kelihatan.

PT Eude Indonesia punya dua SP. SP tugasnya mengontrol kebijakan perusahaan. Menurut Sasha, SP yang baik itu tidak hanya menuntut tapi harus bisa menjadi partner perusahaan. Contoh kalau ada karyawan yang absensinya jelek atau kurang baik SP harus bisa menegur anggotanya yang tidak benar itu.

“Maka HRD bekerja sama dengan SP, supaya HRD bisa mengingatkan eh itu anggotamu tulung dielekke mosok kerja kayak gitu. Bagaimana perusahaan mau menghasilkan uang kalau pekerjamu atau anggotamu bekerja seenaknya sendiri, bekerja tidak memakai masker, terus bagaimana ke depannya,” tutur Sasha.

Itulah sebagian suka-dukanya bekerja di HRD. Sasha mengaku puas bisa tersenyum ketika melakukan penerimaan karyawan. Sebaliknya, jujur dia mengakui ikut sedih ketika harus melakukan PHK (pemutusan hubungan kerja), dia merasa kasihan, cuma sayangnya si karyawan kok ndableg.

Pendidikan
Apa latar belakang pendidikan Sasha sehingga bisa diterima bekerja di PT Eude Indonesia? Wanita yang sekarang menduduki posisi GA Manager ini ternyata hanya tamatan D3 Unaki (Universitas Abadi Karya Indonesia) jurusan bahasa Inggris. Dia tidak punya latar belakang hukum. Hebatnya dia sekarang bisa mengurusi banyak hal yang terkait aturan pemerintah atau hukum. Dia tidak punya latar belakang pendidikan psikologi. Padahal tugasnya tiap hari mengurusi karyawan yang berarti sisi psikolog harus muncul, humanisme harus dimunculkan juga. Dia harus bisa memposisikan diri sebagai pimpinan dan bawahan. Kemudian yang tak kalah penting dia harus bisa memposisikan diri sebagai penengah antara pimpinan dan karyawan. Sasha terus belajar akhirnya semuanya bisa dikerjakan.

Meskipun sekarang sudah bekerja dan sibuk berorganisasi keinginan untuk melanjutkan kuliah sampai S1 tetap ada. Sambil bekerja ia meneruskan kuliah di STIA Citarum Semarang. Uniknya di kampus itu dia menjadi mahasiswa sekaligus dosen.

Senang organisasi
Kebetulan sejak SMP Sasha suka organisasi. Di SMP dia dipercaya menjadi Ketua OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah). SMA-nya juga. Kemudian waktu kuliah di Unaki sempat menjadi Wakil Senat. Ketika masuk dunia kerja semua pengalaman ini membantunya.

Sasha senang berorganisasi karena dengan berorganisasi dia bisa ketemu dengan banyak orang. Sebelum masuk Paguyuban HRD, dia masuk dulu di Organisasi Sekretaris Indonesia. Rupanya organisasi sekretaris dia pandang kurang begitu pas dengan profesinya. Maka dia mencari-cari organisasi yang ada kaitannya dengan HRD. Dia browsing mencari-cari di internet. Akhirnya ketemulah Paguyuban HRD Jawa Tengah. Dia langsung masuk ke situ. Keaktifannya di organisasi Paguyuban HRD membuatnya ditunjuk menjadi sekretaris di Paguyuban HRD.

Trainer
Sasha sekarang punya kegiatan sebagai trainer, antara lain pernah memberikan training di BBPLK (Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja) Pedurungan, Semarang. Selain itu saya pernah traniner di Undip (Universitas Diponegoro) Semarang dan beberapa lembaga atau perusahaan lain.

Sasha pertama kali mendapat job trainer dari Paguyuban. Dia diminta untuk jadi timnya trainer di Paguyuban. Awalnya dia tidak berani waktu ditawari untuk ikutan jadi trainer. Sebab masih ragu, belum yakin mampu karena merasa ilmunya masih sedikit. Itulah sebabnya dia menolak. Tapi temannya di paguyuban terus mendesak. “Udahlah yakin,” desak temannya.

“Dengan modal nekat dan keyakinan, bahwa saya pasti bisa, akhirnya saya menyanggupi. Keyakinan itu bisa mendobrak rasa takut, tidak percaya diri, dan rasa minder. Itu semua kedobrak. Memang saya selalu punya keyakinan saya mampu. Saya mampu untuk naik tangga lagi. Dengan keyakinan itu saya berani. Yang penting saya harus banyak belajar dan membaca. Belajarlah menjadi seorang trainer yang baik, mempersiapkan materi dengan baik dan sebagainya. Awalnya saya mendampingi dulu. Baru mendampingi satu kali saya sudah berani terjun sendiri jadi trainer. Sekitar dua tahun kemudian saya mendapat job trainer di BBPLK Semarang terus tempat-tempat yang lain,” tuturnya.

Bekerja di perusahaan kayu dan punya posisi yang mapan, masih nyambi kuliah, menjadi dosen, dan memberikan training di beberapa perusahaan lain, apakah tidak menimbulkan masalah dengan bos kayu? Sasha mengaku tidak masalah. Sebab selama ini, menurutnya, semua kegiatannya di luar kantor tidak sampai mengganggu pekerjaan kantor. “Kebetulan tipikal bos saya itu fleksibel. Yang penting pekerjaan kantor beres. Toh saya mengajar kan tidak pada jam kerja. Memang pernah beberapa kali pada jam kerja tapi saya sudah minta izin. Saya biasanya mengambil cuti. Kalau ada kegiatan lain saya ambil cuti,” katanya.

Tips melamar pekerjaan
Banyaknya anak muda yang menganggur dan meningkatnya lulusan sekolah menengah, membuat surat lamaran menumpuk di meja HRD. Sasha sering menemukan surat lamaran yang kurang lengkap. Ada yang menata lampirannya terbalik-balik. Hal ini menyusahkan HRD yang harus membaca surat lamaran dengan cepat. HRD menjadi terganggu dengan hal sepele seperti itu, kekurang-telitian dari si pelamar. Khusus untuk level operator masih bisa dimaklumi. Mungkin dari sisi SDM mereka kurang. Tapi untuk level staf ini akan menjadikan penilaian minus, pengurangan nilai. Level staf harus lebih rapi dan teliti.

Yamg perlu diperhatikan pada saat interview, pertama adalah penampilan. Untuk level operator yang penting tidak menggunakan kaos, rambut tidak gondrong, dan tidak tindikan. Kedua, pada saat berinteraksi bicaranya bagus, bisa memberikan jawaban runut. Itu sudah cukup. Ketiga, mengisi formulir yang disediakan perusahaan dengan baik. Itu sudah masuk penilaian. Tapi untuk level staf HRD memeriksa lebih detail antara lain penampilan harus rapi dan memakai sepatu.

Karyawan menangis
Menurut Sasha, bekerja di HRD itu unik, menarik, dan banyak menimbulkan kesan tersendiri. Pengalaman itu banyak. Ada karyawan yang rumah tangganya punya masalah. Si karyawan itu datang menemui Sasha dengan menangis, “Bu saya mau cerita. Saya punya masalah”.

Yo wis yuk masuk sik,” jawab Sasha sambil mengajak masuk ke ruang kerjanya. Di situ si karyawan terus menangis. Tidak hanya perempuan, laki-laki juga sama. Itu hal-hal yang membutuhkan sensitifitas.

Iki yo karyawanku iki yo koncoku kan gitu. Saya berusaha untuk tidak terlalu masuk ke dalam rumah tangganya tapi karyawanku harus tenang dan ada solusi. Kadang ada yang berantem, sehingga harus resign (mengundurkan diri), karena ada rasa curiga dengan pasangannya. Kalau karyawan yang bermasalah itu orangnya baik ya kami berusaha membantu supaya rumah tangganya baik. Supaya tidak mengundurkan diri. Ada juga yang punya masalah finansial. Kebutuhannya banyak. Lalu saya bantu semampu saya. Hal semacam itu yang kadang tidak bisa dilupakan di mana saya pernah membantu,” tuturnya.

Lain lagi kalau menghadapi karyawan yang ndableg itu merupakan tantangan tersendiri. Ada yang sehari masuk dua hari mbolos. Sebaliknya ada juga karyawan yang hebat luar biasa. Kalau karyawan ini masa kerjanya sudah lama, tentu mudah ketika karirnya dinaikkan. Tapi kalau karyawan hebat itu masih tergolong karyawan baru tentu harus ada kiat tersendiri ketika harus menaikkan karirnya supaya karyawan yang lama merasa tidak ditinggalkan. (an).













Catatan :
Naskah ini hasil wawancara Muhammad Anwari SN dengan Sasha Masadha di Resto Rodjo, Jl. Pemuda 77 Semarang pada Rabu, 29 November 2017.

Erick Thohir

  Menteri BUMN (2019-2024)   Dari Media, Olah Raga sampai Sarinah Ditulis Muhammad Anwari SN. Saat ini Erick Thohir masih menjabat Menteri B...