Senin, 22 Januari 2018

Profil Siti Noordjannah Djohantini



Dra. Hj. Siti Noordjannah Djohantini, MM, M.Si
Ketua Umum PP Aisyiyah (2015-2020)

Terpilih menjadi
Koordinator Program Pendidikan Politik bagi Perempuan


Siti Noordjannah Djohantini adalah Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Aisyiyah dua periode yaitu periode 2010-2015 dan 2015-2020. Noordjannah menggantikan Prof. Dr. Siti Chamamah Soeratno yang sudah dua periode menjabat Ketua Umum PP Aisyiyah. Mbak Nunung – sapaan akrabnya di tengah keluarga – yang sehari-hari bekerja sebagai dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), juga pernah menjadi Anggota Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Republik Indonesia (2003-2008).

Siti Noordjannah Djohantini ketika menyampaikan pidato pada acara Milad Aisyiyah ke 100.
Keluarga
Noordjannah lahir dan dibesarkan di lingkungan keluarga yang relegius. Ayahnya bernama Ardani Zaenal, sedangkan ibunya bernama Siti Juariyah. Ia menikah dengan Dr. Daedar Nashir yang merupakan kader dan anggota Pengurus Pusat Muhammadiyah. Dari perkawinannya dengan Haedar Nashir, Noordjanah dikaruniai dua anak, yaitu Hilma Nadhifa Majahidah dan Nuha Aulia Rahman.

Pendidikan
Pendidikan formal yang ditempuh Noordjanah dimulai dari Muallimat Muhammadiyah Yogyakarta. Kemudian SMP Muhammadiyah Godean, dan SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Setelah itu kuliah program sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional (UPN Veteran) Yogyakarta. Lalu mengambil program magister (S2) Manajemen Keuangan di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Selain itu, ia juga mengambil program Human Resource Management di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

IPM dan Nasyiatul Aisyiyah
Ketika sekolah hingga kuliah, Noordjannah sudah aktif di organisasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) yang merupakan salah satu organisasi otonom Muhammadiyah untuk kalangan pelajar. Di organisasi ia sempat menjabat Pimpinan Pusat IPM Bidang Ipmawati pada periode 1983-1986.

Bersama teman-temannya pengurus PP IPM, Noordjannah berhasil menerbitkan buku Pedoman Seragam Khusus Bagi Pelajar Putri Muhammadiyah yang berlaku untuk seluruh Indonesia.

Setelah “ber-IPM”, Noordjannah kemudian aktif di organisasi Nasyiatul Aisyiyah (Nasyiah) yang juga merupakan salah satu organisasi otonom Muhammadiyah untuk kalangan remaja putri. Di organisasi ini ia terpilih sebagai Ketua Umum pada periode 1990-1995, hasil Muktamar Nasyiatul Aisyiyah, di Yogyakarta tahun 1990.

Aisyiyah
Setelah matang di Nasyiatul Aisyiyah, Noordjannah kemudian masuk sebagai pengurus Aisyiyah. Pada periode 2000-2005 ia diserahi amanah sebagai Ketua Lembaga Pengkajian dan Pengembangan (LPP) Pimpinan Pusat Aisyiyah. Selanjutnya masuk sebagai salah satu Ketua PP Aisyiyah, dan akhirnya terpilih sebagai Ketua Umum PP Aisyiyah periode 2010-2015. Ia menggantikan Prof. Dr. Siti Chamamah Soeratno yang sudah dua periode menjabat Ketua PP Aisyiyah. Ia terpilih pada Muktamar ke-46 Aisyiyah, di Graha Wanabhaktiyasa, Yogyakarta, 7 Juli 2010.

Pada pemilihan pimpinan Aisyiyah dalam Muktamar ke-46 Aisyiyah di Yogyakarta, wanita bernama lengkap Dra. Hj. Siti Noordjannah Djohantini, MM, M.Si, ini mengumpulkan 1.291 suara. Ia unggul atas Prof. Dr. Siti Chamamah (1.094 suara), Dr. Masyithoh, M.Ag (916 suara), Dra. Dyah Siti Nuraini (828 suara), dan Dra. Hj. Shoimah Kastolani (557 suara).

Dalam kepengurusan PP Aisyiyah 2010-2015, Noordjannah didampingi Dra. Hj. Dyah Siti Nuraini sebagai Sekretaris Umum.

Aktivis perempuan
Selain di lingkungan Muhammadiyah, Noordjannah dikenal sebagai aktivis perempuan. Ia termasuk salah seorang pendiri Yasanti (Yayasan Annisa Swasti) yaitu sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) perempuan pertama di Indonesia.

Yasanti yang ia kelola sejak tahun 1982 itu hingga kini masih eksis dan berkembang. LSM ini bergerak dalam bidang pemberdayaan kaum perempuan, khususnya dalam memberikan layanan pendidikan dan latihan bagi wanita yang bekerja sebagai buruh.

Pejabat publik
Posisi sebagai pimpinan Nasyiatul Aisyiyah dan aktivis perempuan, membawa Noordjannah mendapat kepercayaan sebagai Koordinator Program Pendidikan Politik bagi perempuan dalam Pemilu 1999, yang diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah bekerja sama dengan TAF untuk delapan wilayah di Indonesia.

Pengalamannya sebagai aktivis perempuan dan kapasitas yang dimilikinya antara lain sebagai akademisi, membawa Noordjannah lolos dalam seleksi dan akhirnya dilantik sebagai anggota Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) periode 2003-2008.

Noordjannah mewakili unsur tokoh masyarakat bersama Pendeta Saut Hamonangan Sirait dan Rozy Munir.

Anggota Bawaslu lainnya, yaitu Topo Santoso dan Komaruddin Hidayat dari unsur perguruan tinggi, serta Didiek Suprianto dari unsur pers.

Tiga anggota lainnya yang ditetapkan sesuai Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilu berasal dari unsur kepolisian dan kejaksaan, yaitu Brigadir Jenderal Polisi Bambang Arief Sampoerna Djati dan Komisaris Besar Polisi Djony Tangkudung dari Markas Besar Polri, serta Mashudi Ridwan dari Kejaksaan Agung.
Acara Sidang Pleno II


























Biodata






















Nama lengkap : Dra. Hj. Siti Noordjannah Djohantini, MM, M.Si


Nama panggilan : Nunung.






Tempat, tgl lahir : Yogyakarta, 15 Agustus 1958.




Ayah
: Ardani Zaenal.





Ibu
: Siti Juariyah.





Suami
: Dr. Haedar Nashir.





Anak
: 1. Hilma Nadhifa Mujahidah,








2. Nuha Aulia Rahman.

















Pendidikan :









* Muallimat Muhammadiyah.






* SMP Muhammadiyah Godean.






* SMA Muhammadiyah II Yogyakarta.





* S1 Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional (UPN Veteran.

* S2 Manajemen Keuangan Universitas Islam Indonesia.



* Humas Resource Manajement Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.















Organisasi :









* Ketua Bidang Ipmawati DPP Ikatan Pelajar Muhammadiyah (1983-1986).

* Ketua Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah (1990-1995).



* Ketua Lembaga Pengkajian dan Pengembangan (LPP) Pimpinan Pusat Aisyiyah (2000-2005).
* Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah (2010-2015 dan 2015-2020).















Pekerjaan :









* Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


* Anggota Panwaslu RI (2003-2008).










































https://wikivisually.com/lang-id/wiki/Siti_Noordjannah_Djohantini































Jumat, 05 Januari 2018

Nurhayati Subakat bos Wardah


Nurbayati Subakat


Nurhayati Subakat
Direktur Utama PT Paragon Technology & Innovation

Usaha Kosmetik Modalnya DUIT

Wardah Kosmetik adalah produk dari PT Paragon Technology Innovation (PTI). Kini telah menjadi tren make up bagi kaum muslimah. Siapakah sosok di balik Wardah Kosmetik tersebut? Dia adalah Nurhayati Subakat yang telah menggeluti bisnis kosmetik sejak tahun 1985. Melalui perjuangan yang sangat panjang dan proses jatuh bangun, Nurhayati akhirnya sukses menjadi pengusaha kosmetik Wardah yang memiliki omzet Rp. 200 M sebulan. Luas pabriknya 6,5 hektare di Tangerang.

Nurhati Subakat, Direktur Utama PT Paragon Technology & Innovation, suatu perusahaan kosmetik dengan produk andalannya Wardah, mengungkap keberhasilan yang dicapainya sampai kini didapat lewat cara yang benar-benar simpel. Dalam melakukan usaha Nurhayati mengaku hanya bermodalkan DUIT. Jangan salah kira dulu, duit yang dimaksud di sini yaitu singkatan dari doa, usaha, ikhtiar, dan tawakal. "Hanya empat huruf itu saja," ungkap Nurhayati.

Tapi ternyata tidak hanya DUIT, wanita ini mengakui mempunyai pegangan lain dalam menggerakkan bisnisnya, Pengusaha yang telah 29 tahun malang-melintang di bisnis kecantikan ini mengakui, bahwa dirinya menggerakkan bisnisnya melalui dasar usaha 5P. "Bila untuk usaha ya pegangan saya hanya 5P. Bila orang lain kan umumnya hanya 4P. Nah 5P itu adalah price (harga), product, promotion, place (tempat), dan pertolongan dari Allah," tutur Nurhayati yang mengawali bisnisnya dengan jual sampo hasil racikannya ke warung dekat tempat tinggalnya.

Kosmetik kecantikan ini sekarang sudah dipakai berjuta orang mulai dari wanita muda, ibu rumah tangga, wanita karir, dan para pesohor yang bermunculan di layar televisi. Bahkan hingga ke manca negara. Wardah juga sudah mensponsori begitu banyak hajatan besar. Sekedar menyebut satu : Indonesia Idol, tayangan yagn membetot berjuta pasang mata itu.

Sampo Putri
Sebelumnya Nurhayati pernah bekerja di perusahaan kosmetik raksasa di Jakarta. Lantaran tak cocok dengan petinggi di perusahaan itu, ia keluar. Tapi ia tak mau menyerah. Dapur harus mengepul. Semangat harus menyala. Dua anaknya yang beranjak remaja saat itu sudah membutuhkan uang uang cukup banyak. Ia lalu memulai bisnis sendiri. Itu terjadi tahun 1985. Ia mengawali dengan membuka industri rumahan. Semula tenaga kerjanya hanya satu orang, yaitu pembantu rumah tangganya sendiri. Produk pertamanya adalah sampo dengan merek Putri. Membesarkan Putri itu dengan penuh perjuangan dan kucuran keringat. 

Si Putri makin lama makin mekar berkembang. Keuangannya mulai berkilau. Meski pelan akhirnya bisa diterima pasar. Alhamdulillah, sebagian besar salon menerima produk kami," kata Nurhayati mengenang masa pahitnya dulu. Saat itu sejumlah produk besutannya mulai dikenal di salon-salon ternama di Jakarta.

Kebakaran 
Cobaan berat itu datang lima tahun kemudian. Pabriknya hangus terbakar. Usaha yang dirintis dari nol itu tiba-tiba saja jadi arang. Lenyap juga semua mimpi yang sudah lama menyala.

Dihantam krisis ke titik nadir seperti itu, Nurhayati hendak menutup perusahaannya. Matematika bisnis sudah tak mampu membangkitkan usahanya. Sudah tak masuk akal. Utang di bank belum lunas. Ketika usaha ini merangkak naik, Nurhayati memang membeli mobil box secara kredit. Mobil itu yang mengantarkan si Putri ke salon-salon. Jalan paling masuk akal, tutup usaha. Nurhayati bukan seorang pebisnis belaka. Ia seorang ibu rumah tangga yang mudah melelehkan air mata memikirkan nasib para karyawannya. "Bila perusahaan tutup, bagaimana nasib mereka," kenangnya. Namun mencoba bangkit juga tak gampang.

Nurhayati adalah kata lain dari tekad. Ia mulai lagi dari nol. Modal awal pinjam dari tabungan suami. Bayar gaji karyawan diambil dari gaji bulanan suaminya. Kerja keras episode kedua ini ada hasilnya. Mesin pabriknya kembali menyala, bahkan bisa bayar gaji dan THR para karyawan.

Wardah
Sesudah itu mesin pabriknya terus menderu. Begitu untung, Nurhayati melakukan inovasi. Salah satu inovasi itu masuk ke bisnis kosmetik. Ia jitu membidik konsumen. Merekam apa yang diperlukan dunia di sekitarnya.  Dari pergaulan sehari-hari ia merasa bahwa ada kebutuhan di kalangan para muslimah untuk tampil ilegan. Merias diri secara bebas tanpa perlu cemas soal halal-tidaknya sebuah produk.

Nurhayati seperti  menemukan rumah usahanya. Ia membidik segmen muslimah itu. Meramu produk kosmetik yang kini dikenal dengan nama Wardah. Bunga mawar yang indah. Perlahan si bunga itu mekar. Merangsek pasar. Mulai dikenali dan jadi kosmetik langganan kalangan kelas menengah ke atas. Kaki bisnisnya mencengkeram kuat. Konsumen juga setia. Kesetiaan pemakai dan menejemen yang kuat membuat Wardah sanggup melewati badai krisis yang menggulung ekonomi Indonesia 1997.

Banyak cara yang ditempuh Nurhayati dalam memasarkan produk kosmetiknya. Selain lewat sejumlah agen di beberapa kota, Wardah juga dipasarkan dengan cara Multi Level Marketing (MLM). Kerja keras itu ada hasilnya. Produk Wardah terus berkembang seiring dengan membaiknya ekonomi nasional. Modalnya kian banyak. Laba yang diraih dipakai untuk memperluas jaringan pasar. Wardah kemudian merangsek ke pasar negara tetangga. Masuk ke kota-kota di Malaysia. Di sana sejumlah produknya laku keras. Itu artinya diminati banyak muslimah di sana. Mampu bersaing dengan produk negeri serumpun.

Kini Wardah menjadi salah satu produk kosmetik terbesar di negeri ini. Banyak tokoh wanita dan pesohor yang memakai produk kosmetik dan menjadi bintang iklan perusahaannya. Inneke Koesherawati dan Dian Pelangi, yang ada di baliho kecil di ruang tamu itu, adalah dua contoh bintang itu. Inneke adalah mantan artis. Dian Pelangi adalah desainer hijab yang sukses dan sudah melalang buana ke sejumlah negara. Dua wanita cantik itu adalah bintang iklan Wardah. Syuting iklan itu hingga ke kota Paris.



Produk lain
Selain Wardah, Nurhayati Subakat juga meluncurkan produk merek lain seperti Zahra, Camilla, Fadila dan Muntaz. Omzet seluruh perusahaannya menjulang ke bilangan Rp. 200 miliar. Ia memperkirakan, bahwa segmen muslimah dan kecantikan ini bakal terus bersinar. Bahkan pesat melaju. Tapi ia berharap agar bisnis ini tidak akan pernah mencapai puncaknya. "Saya justru berharap, bisnis mode, lifestyle muslim ini jangan pernah berada di puncaknya dulu," katanya. Sebab begitu mencapai puncak, lanjutnya, tinggal menunggu waktunya untuk turun.

PT Paragon Technology and Innovation, perusahaan yang menaungi setidaknya 300 item kosmetik itu pesat berkembang. Tumbuh 50 persen setahun. Padahal secara umum, bisnis kosmetik di Indonesia tumbuh dengan rata-rata 10 hingga 15 persen. Size (ukuran) bisnis segmen muslimah ini, menurut Nurhayati, bisa kian melebar lantaran bertumbuhnya fashion muslim yang lifestyle. Lebih modis tapi tetap bermartabat. Anak-anak muda seperti hijabers lebih agresif dalam perkara ekspansi dagang. Itu sebabnya ia menyala optimismenya begitu bicara soal masa depan perusahaan yang dirintis dengan susah payah itu.

Kini, Paragon membuka pabrik di dua lahan yang luas. Dari semula dikerjakan bersama pembantu di rumah, perusahaan ini sekarang memperkerjakan 4.000 lebih karyawan. Kesuksesan itu diapresiasi banyak orang dan lembaga. Sebuah majalah mingguan di Jakarta memberi penghargaan sebagai salah satu Chief Executive Office (CEO) terbaik di Indonesia. Sejumlah penghargaan lainnya juga sudah diterima. 


Data pribadi
















Nama lengkap : Nurhayati Subakat.



Lahir
: Padang Panjang, Sumatera Barat, 27 Juli 1950.
Jabatan
: Direktur Utama PT Paragon Technologi & Innovation.
Kantor pusat : Jl. Swadharma Raya, Kp. Baru III No. 60 Jakarta – 12250,




telepon (021) 584 9070, 584 9077, 585 3883, 585 2494.
Rumah
: Jl. Swadharma Raya No. 60 Kampung Baru, Jakarta Selatan.











Pendidikan :







* Diniyah Putri.







* SMA di Padang.







* Jurusan Farmasi Institut Teknologi Bandung.














Pengalaman kerja :







* Tenaga apoteker RSU Padang.




* Staf Quality Control di sebuah perusahaan kosmetik di Jakarta.












Sumber :








* https://www.maxmanroe.com/4-kiat-sukses-nurhayati-subakat


* https://umkmjogja.com/kisah-sukses-bos-sekaligus-pendiri-wardah-kosmetik.html
* http://www.dream.co.id/fresh/kisah-jatuh-bangun-bisnis-wardah-140430f.html

 

Erick Thohir

  Menteri BUMN (2019-2024)   Dari Media, Olah Raga sampai Sarinah Ditulis Muhammad Anwari SN. Saat ini Erick Thohir masih menjabat Menteri B...