Minggu, 14 Juli 2019

Basuki Tjahaja Purnama

Komisaris Utama PT Pertamina (Persero)


Tegas, jujur, bersih dan pemberani

Ditulis oleh Muhammad Anwari SN.



Ahok bernama asli Basuki Tjahaja Purnama. Anak sulung dari empat bersaudara pasangan Indra Tjahaja Purnama (Zhong Kim Nam) dan Buniarti Ningsih (Bu Nen Caw). Ahok dilahirkan 29 Juni 1966 di Gantung, Desa Laskar Pelangi, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung. Ia menghabiskan masa kecilnya di desa kelahirannya sampai tamat SMP bersama ketiga adiknya.

Manggar adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung. Kecamatan ini mendadak kesohor sejak Andrea Hirata mengangkatnya ke dalam novel tetralogi Laskar Pelangi. Nama Manggar kembali terangkat karena Ahok lahir di sana.

Ahok lahir dan tumbuh di Gantung yang menjadi setting cerita Laskar Pelangi. Seandainya Andrea Hirata dulu mengenal sosok Ahok, mungkin Ahok akan menjadi anggota kesebelas setelah Ikal, Lintang, Sabara, Mahar, A Kiong (Chau Chin Kiong), Syahdan, Kucai, Borek, Trapani dan Harun. Tapi kenyataannya, Ahok punya cerita tersendiri tentang masa kecilnya.

Ahok banyak belajar dari ayahnya, Zhong Kim Nam. Ayahnya di pulau Belitung dikenal sangat dermawan. Kim Nam mau berhutang pada orang lain untuk memberi uang kepada orang yang tengah dilanda kesulitan.

Kim Nam mengajarkan kepada Ahok agar tidak sombong. Itu sebabnya Ahok dibesarkan dengan pendidikan yang keras agar kemudian bisa berguna bagi masyarakat Belitung. Kim Nam bahkan mewajibkan Ahok selalu bersalaman dengan orang yang lebih tua.

Pendidikan
Ahok sekolah dasarnya di SD Negeri. Temannya semuanya anak-anak melayu. Meski sudah berbaur dengan mereka, Ahok masih mendapat perlakuan diskriminasi. Pernah ia dilarang menjadi pengerek bendera di sekolah ketika upacara karena warna kulitnya. Ia kecewa. Lalu mengadukan hal tersebut pada ayahnya (Kim Nam). Ia malah diminta ayahnya bersabar dan jangan berkecil hati. “Akan tiba saatnya orang-orang menerima kita. Kamu harus tetap berusaha terus. Tak boleh dendam,” kata ayahnya.

Sebagai anak keturunan Tionghoa, Ahok pun senantiasa merayakan Tahun Baru Imlek. Saat paling berkesan tentunya saat menerima sejumlah amplop dari keluarga dan kerabat. Meski demikian ia tak pernah menghitung jumlah isi angpao yang didapatnya. Namun pada saat perayaan Imlek, ia tidak memiliki ritual khusus untuk menyambutnya. Meskipun orang tuanya di rumah melakukan sembahyangan, ia tidak pernah mengikutinya.

Kenangan yang indah di masa kecil Ahok adalah ketika hari ulang tahun. Di hari yang istimewa itu ibundanya (Buniarti Ningsih atau Bu Nen Caw) kerap memberikan kado istimewa berupa mie rebus dengan dua butir telur sebagai bentuk rasa syukur karena telah bertambah usia. Padahal biasanya mie rebus cukup dengan satu telur.

Ahok adalah anak yang cerdas dan selalu menjadi juara kelas. Ia selalu belajar di waktu subuh. Pada masa kecilnya tak ada permainan teknologi canggih, ia hanya fokus belajar dan belajar.

Meskipun demikian, Ahok masih tetap bermain seperti anak-anak umumnya. Ia pernah memancing bersama kawan-kawannya di daerah terlarang, dermaga PT Timah. Petugas keamanan yang galak mengejar dan meneriaki Ahok dan kawan-kawannya, “Maling ! Maling !” Karena terus dikejar kawan-kawannya nyebur ke sungai. Padahal sungai itu banyak buayanya.

Ahok kecil juga senang bermain dengan anak-anak yang lebih tua umurnya. Efeknya, ia sudah mengenal rokok sejak bangku SD walaupun sembunyi-sembunyi. Sampai suatu hari, ia merokok di kamar. Rokoknya kemudian terjatuh membakar kasur. Sehingga orang tuanya tahu kebiasaan buruknya. Ia langsung dijewer kupingnya. Sejak itulah ia kapok menghisap tembakau lagi.

Hobi Ahok kecil yang paling disukai adalah mendengarkan musik dangdut dan nonton film India. Di Manggar, dangdut biasa disebut madut. Bahkan ia rela naik truk terbuka demi mengejar layar tancap yang akan memutar film Rhoma Irama. Selain dangdut, ia juga menggemari film Bollywood yang musiknya menjadi akar musik dangdut. Ia biasa nonton film India di bioskop kecil yang ada di Belitung.

Ahok pernah kuliah di Fakultas Teknologi Mineral jurusan Teknik Geologi Universitas Trisakti Jakarta, tamat  tahun 1989. Ia bukanlah sosok mahasiswa terbaik di fakultasnya. Lulusnya tidak bisa tepat waktu. Sebab ia melewati batas lulus kuliah lebih lama satu tahun dari batas minimum fakultasnya. Ia bukan mahasiswa cum laude. Namun dalam mengikuti mata kuliah, ia tidak pernah berperilaku macam-macam. Ia rajin memperhatikan dan mengerjakan tugas dari dosen.

Dua tahun kemudian (1991) melanjutkan kuliah S2-nya di Sekolah Tinggi Manajemen Prasetya Mulya Jakarta untuk mendapatkan gelar Magister Manajemen.

Bisnis di kampung
Setelah mendapat gelar Sarjana Teknik Geologi Ahok pulang kampung dan menetap di Belitung. Di sana ia mendirikan perusahaan CV Panda yang bergerak di bidang kontraktor pertambangan.

Selama dua tahun menggeluti dunia kontraktor, Ahok menyadari tidak akan mampu mewujudkan visinya. Sebab untuk menjadi pengelola mineral tidak hanya dibutuhkan modal (investor) tapi juga manajemen yang profesional. Maka ia meneruskan kuliah S-2 di bidang manajemen keuangan di Sekolah Tinggi Manajemen Prasetiya Mulya Jakarta.

Setelah mendapat gelar Master in Bussiness Administrasi (MBA) atau Magister Manajemen (MM) Ahok diterima kerja di PT Simaxindo Primadaya di Jakarta. Di perusahaan yang bergerak di bidang kontraktor pembangunan pembangkit listrik itu ia ditunjuk sebagai staf direksi bidang analisa biaya dan keuangan proyek. Tapi kemudian ada keinginan melanjutkan bisnisnya di Belitung, tahun 1995 ia pulang ke kampung halamannya.

PT Nurindra Ekapersada
Ahok mendirikan PT Nurindra Ekapersada sebagai persiapan membangun pabrik Gravel Pack Sand (GPS). Pabriknya berlokasi di Dusun Burung Mandi, Desa Mengkubang, Kecamatan Manggar, Belitung Timur. Pabriknya diharapkan dapat menjadi proyek percontohan bagaimana mensejahterakan stakeholder (pemegang saham, karyawan, dan rakyat). Selain itu diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi Pendapatan Asli Daerah Belitung Timur dengan memberdayakan sumber daya mineral yang terbatas. Di sisi lain diyakini PT Nurindra Ekapersada memiliki visi untuk menghasilkan sumber daya manusia yang tangguh.

Pengolahan pasir kuarsa
Selain PT Nurindra Ekapersada (dengan mendapat dukungan dari tokoh pejuang kemerdekaan almarhum Wasidewo) Ahok juga mendirikan pabrik pengolahan pasir kuarsa pertama di Pulau Belitung. Perusahaan tersebut ia dirikan dengan mengadopsi dan mengadaptasi teknologi dari Amerika Serikat dan Jerman. Bersamaan dengan perkembangan pabrik tersebut, juga mengembangkan kawasan industri dan pelabuhan samudra. Saat ini kawasan tersebut dikenal dengan nama Kawasan Industri Air Kelik (KIAK).

Terjun ke politik
Tahun 1995 Ahok mengalami sendiri pahitnya berhadapan dengan politik dan birokrasi yang korup. Pabriknya ditutup gara-gara ia melawan kesewenang-wenangan pejabat. Sempat terpikir untuk pergi ke luar negeri. Tapi ayahnya melarangnya. Ayahnya mengatakan bahwa satu hari rakyat akan memilih Ahok untuk memperjuangkan nasib mereka.

Dikenal sebagai keluarga yang dermawan di kampungnya, sang ayah (Kim Nam) memberikan ilustrasi kepada Ahok. Jika seseorang ingin membagikan uang 1 miliar kepada rakyat masing-masing 500 ribu rupiah, ini hanya akan cukup untuk 2.000 orang. Tetapi jika uang tersebut digunakan untuk berpolitik, bayangkan jumlah uang di APBD yang bisa dikuasai untuk kepentingan rakyat. APBD Kabupaten Belitung Timur saja sudah mencapai 200 miliar lebih.

Bermodal keyakinan bahwa orang miskin jangan melawan orang kaya dan orang kaya jangan melawan pejabat (paham Kong Hu Cu), keinginan untuk membantu rakyat kecil di kampungnya, dan juga kefrustasian yang mendalam terhadap kesemena-menaan pejabat yang ia alami sendiri, Ahok memutuskan untuk masuk dunia politik.

Pileg 2004
Ahok pernah bergabung dengan Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PPIB) pimpinan Dr. Sjahrir. Ia menjadi Ketua DPC PIB Kabupaten Belitung Timur. Tapi partai itu kemudian ditinggalkan. Tahun 2004 ia maju sebagai caleg dari Golkar. Dengan keuangan terbatas dan menolak memberikan uang pada rakyat, ia maju dalam Pemilu Legislatif (Pileg 2004). Ia ditempatkan pada nomor urut 4 dalam daftar caleg (calon legislatif). Padahal di Bangka Belitung hanya tersedia 3 kursi. Tapi ia berhasil mendapatkan suara terbanyak. Akhirnya ia bisa memperoleh kursi DPRD berkat perubahan sistem pembagian kursi dari nomor urut menjadi suara terbanyak. 

Baru 7 bulan menjadi anggota DPRD, Ahok sudah mendapat banyak dukungan dari rakyat yang mendorongnya berani nyalon bupati. Ketika menjadi calon Bupati Belitung Timur di tahun 2005, ia langsung memberikan nomor handphone-nya pada rakyat. Nomor itu juga sering dipakai berkomunikasi dengan keluarganya. Dengan cara ini ia bisa merasakan langsung situasi dan kebutuhan rakyat. Tanpa politik uang, ia berhasil mengantongi suara 37,13 persen.

Bupati Belitung Timur
Dengan suara 37,13 persen Ahok berhasil menjadi Bupati Belitung Timur periode 2005-2010. Padahal Belitung Timur dikenal sebagai basis Masyumi dan kampungnya Yusril Ihza Mahendra.

Sebelum menjadi bupati Ahok adalah pengusaha berpengalaman yang mengerti betul sistem keuangan dan budaya birokrasi. Maka begitu menjabat bupati mampu melaksanakan pelayanan kesehatan gratis, sekolah gratis sampai SMA, pengaspalan jalan sampai ke pelosok-pelosok daerah, dan perbaikan pelayanan publik lainya. Prinsipnya sederhana: jika kepala lurus, bawahan tidak berani tidak lurus. Selama menjadi bupati ia dikenal sebagai sosok yang anti sogokan baik di kalangan lawan politik, pengusaha, maupun rakyat kecil. Ia memotong semua biaya pembangunan yang melibatkan kontraktor sampai 20 persen. Dengan demikian ia memiliki banyak kelebihan anggaran untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat.

Tanggal 22 Desember 2006 Ahok mengundurkan diri dan menyerahkan jabatannya kepada wakilnya, Khairul Effendi.

Tokoh mengubah Indonesia
Tahun 2006, Ahok dinobatkan Majalah TEMPO sebagai salah satu dari 10 tokoh yang mengubah Indonesia. Tahun berikutnya (2007) ia dinobatkan sebagai Tokoh Anti Korupsi dari penyelenggara negara oleh Gerakan Tiga Pilar Kemitraan yang terdiri dari KADIN, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, dan Masyarakat Transparansi Indonesia. Ia berpolitik atas dasar nilai pelayanan, ketulusan, kejujuran, dan pengorbanan; bukan politik instan yang sarat pencitraan.

Kesuksesan Bupati Ahok terdengar ke seluruh Bangka Belitung. Maka muncul suara-suara yang mendorongnya untuk mencalonkan diri sebagai Gubernur di tahun 2007. Ia mendapat dukungan dari Abdurrahman Wahid (Gusdur, mantan Presiden ke 4). Kesuksesannya sebagai bupati terbukti dari 63 persen rakyat Kabupaten Belitung Timur memilih Ahok dalam pemilihan Gubernur Bangka Belitung. Banyaknya manipulasi dalam proses pemungutan dan penghitungan suara menyebabkan ia gagal menjadi Gubernur Bangka Belitung. Ia kalah dengan Eko Maulana Ali. Gagal menjadi gubernur, malah namanya terus berkibar, karena tahun itu (2007) ia mendapat penghargaan sebagai Tokoh Anti Koropsi. Tahun berikutnya (2008) ia melucurkan buku “Merubah Indonesia”.

Tahun 2004, Ahok meyakinkan seorang investor Korea untuk membuat Tin Smelter atau peleburan biji timah di KIAK.

Komisi II DPR
Di DPR, Ahok duduk di Komisi II. Kawan dan lawannya mengenal dirinya sebagai figur yang vokal dan mudah diakses masyarakat banyak. Lewat kiprahnya di DPR ia menciptakan standard baru dalam anti-korupsi, transparansi dan profesionalisme. Ia menjadi pioner dalam pelaporan aktivitas kerja DPR, baik dalam proses pembahasan undang-undang maupun dalam berbagai kunjungan kerja. Semua laporan bisa diakses melalui website-nya. Sementara itu, staf ahlinya bukan hanya sekedar bekerja menyediakan materi undang-undang tetapi juga secara aktif mengumpulkan informasi dan mengadvokasi kebutuhan masyarakat. Ia memperbaiki sistem rekrutmen kandidat kepala daerah untuk mencegah koruptor masuk dalam persaingan Pemilukada. Selain itu ia membuka peluang bagi individu-individu idealis untuk masuk merebut kepemimpinan di daerah.

Ahok berkeyakinan bahwa perubahan di Indonesia bergantung pada keberanian individu-individu idealis masuk ke politik dan mempertahankan integritasnya. Baik dan jahat di alam demokrasi memiliki peluang yang sama untuk merebut kepemimpinan politik. Jika individu-individu idealis tidak berani masuk, tidak aneh kalau sampai hari ini politik dan birokrasi Indonesia masih sangat korup. Maka ia berharap model berpolitik yang ia jalankan bisa menjadi contoh rekan-rekan idealis lain untuk masuk dan berjuang dalam politik.

Wakil Gubernur DKI
Tahun 2012 Ahok terpilih menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta mendampingi Joko Widodo (Jokowi). Ia membenahi sistem pemerintahan. Sikapnya yang dikenal keras membantunya dalam memimpin DKI Jakarta saat Jokowi mengambil cuti untuk keperluan kampanye Pilpres 2014. Meski menjadi orang nomor dua di ibukota ia tetap selalu tampil sederhana. Ahok tidak pernah ambil pusing soal pakaian dan sepatu yang dipakainya.

Ahok lahir dari pasangan pernikahan dini Indra Tjahaja Purnama dan Buniarti Ningsih. Ibunya adalah contoh terbaik untuk program ASI (air susu ibu) karena dirinya ketika masih bayi mendapat ASI eksklusif dari ibunya. “Ibu saya nikah muda, lahir saya. Saya minum ASI mama saya. Saya nggak pernah minum susu bubuk,” papar Ahok tentang masa bayinya. Itu sebabnya sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta, ia sangat mendukung program pemberian ASI eksklusif kepada para bayi. Ia mengaku, kulkas di ruang kerjanya sering dititipi ASI oleh pegawai kantor Pemprov yang sedang menyusui.

Ahok pernah menuai pujian lantaran postingan di instagram. Ia mengunggah Tarif Pemakaman DKI Jakarta demi menghindari adanya pungutan liar (pungli).

Gubernur DKI
Dengan terpilihnya Jokowi menjadi Presiden RI ke 7 maka secara tidak langsung posisi nomor 1 di ibukota diisi oleh Ahok dan menghabiskan masa periodenya. Tanggal 19 November 2014 ia secara resmi dilantik Presiden Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta di Istana Merdeka RI. Kekalahan terhadap Eko Maulana Ali dalam ajang pemilihan gubernur sebelumnya (di Bangka Belitung) mendapatkan ganti posisi yang lebih bergengsi. Eko cuma memimpin wilayah provinsi, sedangkan dirinya bisa sukses menjadi pemimpin ibu kota negara.

Sumbangsih hebat Ahok pada Jakarta (dan bangsa ini) bukan hanya bersifat fisikal semata-mata. Tapi ada tiga hal non fisik yang tak kalah hebat :

Pertama, mencanangkan standar kerja dan kinerja jauh di atas rata-rata bagi kepemimpinan ibu kota. Sehingga siapapun penggantinya akan selalu dituntut bekerja ekstra keras minimal sama dengan standar sangat tinggi itu. Anies Baswedan menjadi penerusnya. Itu sebabnya Ahok selalu menjadi mimpi buruk buat Anies. Anies selalu nampak buruk jika dibandingkan pendahulunya itu.

Kedua, kekalahan Ahok yang brutal justru memelekkan mata bangsa ini setelah tidur panjang. Tentang adanya hantu-hantu gentayangan berupa SARA yang mengerikan. Kekalahan Ahok yang menyakitkan itu justru menyadarkan bangsa ini akan kerlunya keadilan, keberagaman, demokrasi, toleransi, NKRI dan Pancasila.

Perjuangan memenangkan Jokowi dengan militansi luar biasa itu sebagian besar ditentukan oleh keinginan kuat agar Jokowi tak mengalami yang sama seperti Ahok.

Ketiga, Ahok setidaknya menggugah kesadaran (maaf) kaum minoritas (ganda) untuk lebih patriotik berjuang bagi bangsanya. Menghentak kesadaran bahwa di zaman post truth (memposting kebenaran) merajalela : diam bukan pilihan.

1 juta KTP
Para pendukung Ahok membentuk komunitas Teman Ahok. Mereka beramai-ramai mengumpulkan foto kopi KTP warga DKI. Harapannya, dengan 1 juta KTP, Ahok bisa maju secara independen. Ahok kemudian memilih menggantungkan kepercayaannya kepada Teman Ahok. Ia percaya, mereka bisa mengumpulkan satu juta KTP dan membuatnya maju secara independen tanpa parpol.

Ucapan Ahok soal mahar politik membuat sejumlah partai gusar. Saat itu, dirinya menyebut, biasanya partai politik akan meminta mahar sekitar Rp 100 miliar hingga Rp 200 miliar untuk mengusung nama tertentu.

“Dari pada disumbang Rp 200 miliar tapi enggak berhasil, lebih baik mereka nyumbang bus atau apalah untuk orang Jakarta. Saya enggak jadi gubernur pun, orang Jakarta dapat menikmati,” kata Ahok di Balai Kota Jakarta, Kamis, 10 Maret 2016.

Antusiasme warga Jakarta terhadap Ahok mampu meluluhkan hati beberapa partai. NasDem menjadi partai pertama yang mendeklarasikan dukungan untuk Ahok. Mengabaikan arogansi Ahok, NasDem mendukung ayah tiga anak ini tanpa syarat. NasDem juga tidak mengajukan nama wakil. Menyusul Hanura dan Golkar ikut memberikan dukungan. Dengan tiga partai tersebut Ahok sebenarnya sudah mengantongi 24 kursi dukungan di DPRD DKI. Jumlah ini, sudah di atas persyaratan minimal yang hanya 22 kursi di DPRD.

Seolah ingin menegaskan pilihannya maju di jalur independen, Ahok memberi sinyal akan menggandeng Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Heru Budi Hartono sebagai cawagub. Kehadiran Budi dianggap bisa membantu mengelola transparansi keuangan di Jakarta.

Jalur politik
Di pertengahan Juli 1916, Ahok mulai berubah pikiran dan memutuskan maju melalui jalur partai politik. Perlahan, nama Heru mulai tergeser. Keputusan mantan politikus Gerindra itu pun sempat dikritik karena dianggap akan menurunkan kepercayaan dan elektabilitasnya. Belum lagi, ada 1.024.634 foto kopi KTP pendukung yang terkumpul sia-sia.

Puncaknya, satu hari menjelang pendaftaran, PDIP mengeluarkan mandat dukungan kepada Ahok. Tak hanya itu, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menunjuk Wagub DKI Djarot Saiful Hidayat untuk mendampingi Ahok. Nama Heru terganti, Ahok-Djarot resmi maju.

Surat Al Maidah 51
Sebagai petahana, Ahok-Djarot memulai langkah mereka dengan cukup baik. Sejak awal, berbagai lembaga survei menempatkan mereka di posisi pertama, jauh di atas kedua rivalnya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY)-Sylviana Murni dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.

Sayangnya kunjungan Ahok di Kepulauan Seribu pada 30 September 2016 berujung mala petaka. Di depan para warga, ia menyinggung Surat Al Maidah Ayat 51. “Kan bisa saja dalam hati kecil Bapak Ibu, enggak pilih saya karena dibohongi pakai Surat Al Maidah 51, macam-macam itu. Itu hak Bapak Ibu. Kalau Bapak Ibu merasa enggak bisa pilih karena takut neraka, dibodohi begitu, enggak apa-apa. Karena ini panggilan pribadi Bapak Ibu,” kata Ahok saat itu.

Kenapa Ahok bisa begitu? Karena ia non muslim. Kalau tahu ini penistaan agama tidak mungkin ia akan bicara seperti itu. Lagian itu ia ucapkan spontan. Ini yang tidak dipahami oleh kebanyakan orang.

Dalam waktu singkat, ucapan itu langsung tersebar luas di media sosial dan memantik amarah umat Islam. Hingga pada 7 Oktober 2016, Habib Novel Chaidir Hasan melaporkan Ahok ke Bareskrim Polri dengan tuduhan penghinaan agama. Laporan itu diterima dengan nomor LP//1010/X/2016. Di tengah proses pelaporan, muncul demonstrasi di berbagai daerah yang mendesak kasus tersebut segera diproses. Tak jarang, Ahok-Djarot ditolak saat akan berkampanye di sejumlah tempat di Jakarta. Meskipun Ahok sudah berusaha kooperatif dengan menjalani sejumlah pemeriksaan dan meminta maaf secara terbuka berkali-kali.

Puncaknya, muncul aksi besar-besaran pada 4 November 2016 dengan tuntutan yang sama. Karena dampak kasus yang kian masif, Presiden Jokowi akhirnya turun tangan. Jokowi meminta Kapolri Jenderal Tito Karnavian untuk segera memproses kasus Ahok secara terbuka dan transparan. Pada 16 November 2016, dalam gelar perkara di Mabes Polri, Ahok resmi menjadi tersangka kasus dugaan penistaan agama. Karena dianggap bersikap kooperatif dan tidak akan kabur, Ahok tidak ditahan.

Di sisi lain, sejumlah massa merasa geram karena Ahok tidak ditahan meski telah ditetapkan sebagai tersangka. Mereka lalu menggelar aksi damai dengan ‘memutihkan’ area Monumen Nasional pada 2 Desember 2016. Dalam aksi yang dikenal dengan Aksi 212 itu, ratusan ribu massa --di beberapa sumber disebut jutaan, namun tidak ada jumlah pasti-- berkumpul dan berdoa bersama. Presiden Jokowi, Wapres Jusuf Kalla, menteri kabinet kerja, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian ikut hadir. Sementara Ahok, ia memilih diam di rumah bersama keluarga.

Meski tuntutannya agar Ahok ditahan tidak terpenuhi, aksi tersebut tetap berjalan dengan damai dan mendapat sorotan dari berbagai negara. Isu Pilgub DKI, tak hanya menjadi perhatian nasional saja, tetapi internasional.

Meski telah ditetapkan sebagai tersangka, namun empat partai pengusung Ahok tetap solid dan tidak mencabut dukungannya. Mereka optimistis, Ahok tetap bisa memenangkan Pilgub 2017.

Berkas perkara Ahok pun dinyatakan lengkap dan siap masuk sidang pada 25 November 2016. Awalnya, sidang akan digelar di PN Jakarta Utara. Namun, karena masalah keamanan, lokasi sidang dipindah ke Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan. Setiap pekan, Ahok tetap menjalani sidangnya sambil berkampanye. Namun, isu tersebut rupanya tidak meruntuhkan elektabilitasnya hingga putaran pertama Pilgub DKI 2017 berakhir.

Pada hari pencoblosan putaran pertama Pilgub DKI, 15 Februari 2017, Ahok-Djarot mendapatkan 42,99 persen suara. Keduanya unggul dari Anies-Sandi (39,95 persen) dan AHY-Sylvi (17,02 persen). Karena tidak ada yang mendapat suara lebih dari 50 persen, putaran kedua pun digelar tanpa memasukkan AHY-Sylvi yang langkahnya kandas di awal. Menang di putaran pertama, bukan berarti Ahok bisa bernapas lega. Ia masih punya PR merebut 17,02 persen pemilih AHY-Sylvi agar bisa menang dari Anies-Sandi. Di sisi lain, ia masih punya rangkaian sidang yang harus diikuti setiap pekannya.

Sidang Ahok tidak pernah sepi. Baik massa pro maupun kontra selalu berkumpul di area depan Kantor Kementerian Pertanian dan menggelar aksi. Pada sidang ke-21, Ahok diberi kesempatan membela diri melalui pembacaan pledoi sepanjang lima halaman. Dalam pledoi itu, ia menilai seluruh dakwaan soal penistaan agama tidak benar. Ia juga menyinggung pengalamannya bercerita tentang Finding Nemo di depan anak-anak TK. Ia menggambarkan dirinya sebagai Nemo yang berjuang melawan arus demi kebaikan.

“Saya hanya seekor ikan kecil Nemo di tengah Jakarta yang akan terus menolong yang miskin dan membutuhkan. Walaupun saya difitnah dan dicaci maki, dihujat karena perbedaan iman dan kepercayaan saya, saya akan tetap melayani dengan kasih,” kata Ahok dalam pledoinya.

Menjelang putaran kedua, persaingan suara Ahok-Djarot dan Anies-Sandi semakin ketat. Banyak yang menilai, Ahok akan tetap menang meski hanya terpaut suara tipis dari Anies-Sandi.

Di tengah gencarnya kampanye, kubu Ahok-Djarot kembali diguncang prahara. Di masa tenang kampanye, beberapa hari jelang pencoblosan, tim sukses Ahok-Djarot dilaporkan ke Bawaslu karena diduga melakukan operasi pembagian sembako secara masif. Menurut Peneliti LSI Denny JA, Rully Akbar, rumor tersebut memberikan dampak cukup signifikan pada perolehan suara Ahok-Djarot. Sebab, pembagian itu dinilai melukai sikap rasional warga Jakarta dan merusak simpati warga. Apalagi, Ahok-Djarot selama ini muncul dengan citra yang bersih dan jujur.

“Faktor gerilya sembako yang dilakukan oleh simpatisan pasangan Ahok-Djarot akhirnya menjatuhkan mereka sendiri atau menjadi blunder besar bagi pasangan Ahok-Djarot,” kata Rully.

Ditambah dengan isu penistaan agama yang belum rampung, kekalahan sudah membayangi pasangan Ahok-Djarot. Isu ini, menurut Rully, rupanya menjadi salah satu pertimbangan bagi pemilih yang sebelumnya mendukung AHY-Sylvi. Pada Pilgub DKI putaran kedua yang digelar pada 19 April 2017, pasangan petahan pun tumbang melawan si kuda hitam. Ahok hanya mendapat 42,04 persen sedangkan Anies-Sandi 57,96 persen.

Masuk penjara
Ahok sosok paling fenomenal sepanjang Pilgub 2017. Perputaran nasibnya sungguh dratis. Awalnya ia dijagokan dan merajai survei elektabilitas. Di puncak elektabilitas tiba-tiba tersandung kasus penistaan agama. Ia dianggap terbukti bersalah dan divonis hukuman 2 tahun penjara pada 9 Mei 2017 lalu. Sejak itu ia mendekam di Rutan Mako Brimob Kelapa Dua, Kota Depok. Karier politiknya harus terhenti sementara. Gagal pertahankan kursi nomor satu di DKI, lalu masuk bui.

Buku biografi
Di dalam penjara harta kekayaan Ahok malah semakin bertambah. Ahok bisa menghasilkan uang miliaran rupiah. Adik Ahok, Fifi Lety Indra, mengatakan, setiap hari Ahok bisa mengantongi uang paling sedikit Rp 30 juta. Uang itu didapatkan bukan dari pemberian orang. Tapi dari hasil menandatangani buku tentang kehidupannya yang berjudul 'Ahok di Mata Mereka'. Buku itu, kata Fifi, dalam sehari bisa terjual sebanyak 50 buah dengan harga paling murah Rp 750.000 untuk setiap buku. "Bapak dapat uang banyak dari buku. Lebih kaya sih di penjara," ujar Fifi.

Seluruh kekayaan yang didapatkan Ahok selama di penjara adalah pendapatan resmi. Karena ia memenuhi kewajibannya membayar pajak penghasilan dari penjualan buku. Selain itu, penerbit dan pendistribusi buku dilakukan oleh badan usaha yang terdaftar secara sah menurut hukum dan undang-undang.

Saking banyaknya uang yang didapatkan dari balik jeruji besi Ahok masih bisa menyalurkan uang itu untuk membantu warga yang tertimpa musibah bencana alam di kampung halamannya di Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung. "Walau (Ahok) sudah bukan bupati lagi, bagaimana pun kita harus tolong orang," ujar Fifi.

BTP bebas
Kamis pagi, 24 Januari 2019, Ahok bebas dari Rutan Mako Brimob Kelapa Dua, Kota Depok, Jawa Barat. Banyak cerita baru yang kini menghampiri Ahok. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menceritakan pengalamannya selama dalam penjara kepada warga Meruya. Ia juga mengunjungi sejumlah kerabat dekatnya di kampung halaman. Karena hampir dua tahun lamanya, mantan suami Veronica Tan ini tak pernah bertemu karena kasus penodaan agama yang dituduhkan padanya. Salah satunya ia menemui kakek dan neneknya di Belitung Timur. Sekarang ia lebih suka dipanggil BTP.

Difilmkan
Kisah hidup BTP di Kabupaten Belitung Timur diangkat ke layar lebar. Di film Man Called Ahok ini BTP diperankan oleh Daniel Mananta. Mulai tayang di bioskop Kamis, 8 November 2018. Ini film drama keluarga di mana BTP sebagai tokoh cerita. Film yang diambil dari buku karya Rudi Valinka ini tidak berbicara mengenai arus politik BTP. Namun menceritakan bagaimana sebuah karakter dapat terbentuk, apa yang membuat seorang BTP menjadi sosok yang kita kenal seperti sekarang.

Di hari ke-9 penayangannya, film A Man Called Ahok tercatat telah meraih 1 juta penonton. Kabar ini disampaikan oleh pemeran BTP, Daniel Mananta, melalui akun Instagram miliknya, @vjdaniel. Dalam foto poster yang diunggah Daniel terdapat tulisan terima kasih untuk 1.009.303 penonton film A Man Called Ahok. Dalam keterangan foto, Daniel juga mengungkap hal yang sama.

Ucapan terima kasih juga ditulis BTP dari dalam Mako Brimob. Tulisan tangan mantan Gubernur DKI Jakarta itu diunggah oleh Daniel di slide kedua.

"Kepada seluruh penonton film A man called Ahok, terimakasih atas dukungannya sehingga telah mencapai jumlah penonton sebanyak 1 (saju) juta. Majulah demi kebenaran, kejujuran, perikemanusiaan dan keadilan. Salam dari Mako Brimob. BTP. Sabtu 17-11-2018," tulis Ahok dari balik jeruji besi. (an)


Biodata
Nama lengkap : Ir. Basuki Tjahaja Purnama, MM.
Alias : Ahok, BTP, Zhong Wanxie.
Tanggal lahir : Rabu, 29 Juni 1966.
Tempat lahir : Manggar, Bangka Belitung.
Zodiak : Cancer.
Kebangsaan : Indonesia.
Agama : Kristen.
Profesi : Politisi dan pengusaha.
Hobi : Menulis.
Istri : Veronica Tan, ST.
Anak : Nicholas (1998), Nathania (2001), dan Daud Albeenner (2006).
Ayah : Indra Tjahaja Purnama atau Zhong Kim Nam (alm).
Ibu : Buniarti Ningsih (Bu Nen Caw).
Situs Web : ahok.org
Social Media : Facebook.
Youtube.
Twitter.

Pendidikan :
· Program Pasca Sarjana Manajemen Keuangan di Sekolah Tinggi.
· Manajemen Prasetyiya Mulya Jakarta, 1994.
· Sarjana Teknik Geologi di Universitas Trisakti Jakarta, 1990.
· SMA III PSKD Jakarta, 1984.
· SMP No. 1 Gantung, Belitung Timur (1981).
· SDN No. 3 Gantung, Belitung Timur (1977).

Karir :
· Anggota Komisi II DPR RI (2009-2014).
· Direktur Eksekutif Center for Democracy and Transparency (CDT.3.1).
· Bupati Belitung Timur (2005-2006).
· Anggota DPRD Belitung Timur bidang Komisi Anggaran (2005-2006).
· Asisten Presiden Direktur bidang Analisa Biaya dan Keuangan PT Simaxindo Primadaya, Jakarta (1994-1995).
· Direktur PT Nurindra Ekapersada, Belitung Timur (1992-2005).
· Wakil Gubernur DKI Jakarta (2012).
· Gubernur DKI Jakarta (2014).

Organisasi :
· Ketua Dewan Yayasan Sosial dan Agama di Jakarta.

Penghargaan :
· Tokoh Anti Korupsi dari Gerakan Tiga Pilar Kemitraan (Kadin, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Masyarakat Transparansi Indonesia), 2007.
· Salah satu dari 10 Tokoh yang mengubah Indonesia, Majalah Tempo, 2006.
· Gold Pin, Fordeka (Forum Demokrasi), 29 Oktober 2006.


Referensi :

Erick Thohir

  Menteri BUMN (2019-2024)   Dari Media, Olah Raga sampai Sarinah Ditulis Muhammad Anwari SN. Saat ini Erick Thohir masih menjabat Menteri B...