KERAJINAN TANGAN : Karyawan CV Mitra Kreasi sibuk merampungkan tas tangan dari limbah industri kertas. Foto : Rozak/ Radar Banten. |
Farid
Founder Kreasi Mitra Handycraft
Kreatif dengan Limbah Kertas
Kiprah
Farid tak sesingkat namanya. Sejak delapan tahun lalu, ia memberdayakan para
pemuda di Desa Kragilan, Kecamatan Kragilan, Kabupaten Serang, Banten. Ia
mengajak mereka untuk memanfaatkan kertas limbah pabrik menjadi kerajinan
berkualitas lewat Kreasi Mitra Handycraft.
Di ruang berukuran 7 meter kali 4 meter itu, awal
Maret 2017, lima perajin sedang tekun bekerja. Mereka membubuhkan perekat,
memasang tali, menggunting dan menggarisi kertas. Kerja kreatif itu berujung
pada miniatur becak dan pinisi, kantong kertas, kotak tisu, dan bingkai foto,
yang tergeletak di lantai tak jauh dari mereka. Usaha di Jalan Raya
Serang–Jakarta itu juga menghasilkan minatur badak, gazebo, kaleng kerupuk,
gapura, dan menara Masjid Agung Banten.
Kiprah mereka pada siang itu serupa dengan spanduk
kecil yang terpasang di dinding bertuliskan “Mitra Kreasi Handycraft mengubah
sampah jadi emas”. Kertas-kertas tak bernilai diubah menjadi uang oleh tangan
kreatif para pemuda.
Harga berbagai produk itu bervariasi, tergantung dari
ukuran dan tingkat kesulitan pengerjaannya. Produk paling murah, kantong
kertas, dijaul Rp. 3.000 per unit. Miniatur becak seharga Rp. 80.000 per unit
dan badak Rp. 90.000 per unit. Miniatur kapal pinisi setinggi 1 meter, panjang
1,2 meter, dan lebar 30 centimeter jadi produk termahal, yaitu Rp. 700.000 per
unit. “Setiap bulan kami menghasilkan sekitar Rp. 400 unit,” katanya. Jumlah
itu jauh lebih besar dibandingkan produksi sekitar 250 unit per bulan saat ia mandirikan Kreasi Mitra Handycraft pada Juni 2009.
Dalam rentang waktu yang sama, jumlah karyawan juga bertambah dari 12 menjadi
20 orang. Para karyawan itu adalah warga setempat.
“Saya mensyukuri permintaan yang tinggi. Namun, saya
bangga saat kemampuan karyawan saya juga semakin tinggi,” ujarnya. Membuat
perahu pinisi, misalnya. Jika sebelumnya bisa membuat 50 unit per bulan,
sekarang mereka mampu menghasilkan 200 unit per bulan. Demikian pula dengan
produksi kantong kertas yang meningkat dari 100 unit menjadi 1.000 unit per
bulan.
Manfaatkan limbah
Farid bersinggungan dengan kerajinan kertas saat ia
jenuh pada beberapa pekerjaan. Ia pernah menjadi teknisi di perusahaan sepatu
hingga membuka kios penjualan pulsa telepon seluler. Akan tetapi, memang benar,
jodoh tak ke mana. Ia justru menemukan jalan sejahtera di depan rumahnya. Di
sana, berdiri pabrik kertas milik PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. Tak
bekerja di sana, ia punya ide memanfaatkan kertas hasil produksi yang tak
terpakai. Ia yakin, kertas bekas itu bisa diolah jadi kerajinan bernilai ekonomi
lebih tinggi.
Untuk memuluskan niatnya, ia menemui perusahaan
tersebut. Gayung bersambut, permintaannya untuk memanfaatkan kertas bekas
diterima. Farid diberikan tiga bulan guna menghasilkan produk bermutu. Jika
kerajinan yang dihasilkan memenuhi standar mutu yang ditetapkan, PT Indah Kiat
Pulp & Paper Tbk bersedia membelinya sebagai oleh-oleh untuk tamu
perusahaan. Ia menerima tantangan itu. Ia lancas berselancar di internet. Buku
tentang kerajinan dilahap. Toko menjual hasil kerajinan didatangi. Pakar yang
piawai membuat beragam karya seni juga ia sambangi. Pada awalnya, hasilnya tak
sebaik harapan. Saat membuat pigura kertas, misalnya, buatannya tak memenuhi
standar. Mulai dari pemotongan kertas yang miring, pemilihan warna yang buruk,
hingga cetak tulisan yang berbayang.
“Produk saya ditolak karena tidak layak. Namun, PT
Indah Kiat Pulp & Paper Tbk tidak pergi begitu saja. Saya diberi banyak
masukan dan pelatihan,” katanya. Hingga akhirnya pendampingan dan semangat
Farid membuahkan hasil. Ia akhirnya bisa menghasilkan produk sesuai permintaan.
“Kepercayaan itu mahal. Memang repot, tapi berkat
komunikasi yang baik, masalah kualitas dan kuantitas bisa diselesaikan,”
ucapnya.
Kerja kerasnya setimpal. Pesanan lantas deras
berdatangan atas produk yang ia beri nama Kreasi Mitra Handycraft. Konsumen berasal
dari berbagai kalangan, seperti bank, hotel, dan lembaga penghimpun dana untuk
masyarakat miskin. Tidak hanya di Banten, produknya juga diminati konsumen
Riau, Jakarta dan Jawa Timur. Permintaan dari luar negeri juga ia dapatkan.
Negara tujuan ekspor pertama, yakni Rumania, memesan 50 miniatur pinisi tahun
2012. Pada tahun yang sama, pesanan lain sebanyak 250 tempat pensil berbentuk
persegi enam datang dari Jepang.
“Pesanan dari Jepang pernah bikin saya
pontang-panting. Hanya diberi waktu satu bulan untuk menyelesaikan pesanan.
Padahal saya hanya bisa membuat 50 unit. Belum lagi, kualitas produk yang
diminta tergolong tinggi,” tuturnya.
Berbagai pengetahuan
Pengalaman itu memberikan banyak pelajaran. Dalam
waktu singkat, ia menularkan pengetahuannya kepada warga sekitar rumahnya. Saat
itu, ada 15 orang yang ia latih. Semangat warga yang ia dampingi cukup tinggi.
Sembari belajar, ia mendorong mereka langsung langsung membuat produk. Hasilnya
memuaskan dan dapat memenuhi pesanan kualitas dan tepat waktu tanpa keluhan
dari konsumen.
“Pesanan dari PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk masih
diterima. Malah, sekitar 80 persen dari produk kami disalurkan ke perusahaan
itu,” ujar Farid.
Dikenal di dalam dan luar negeri, Farid mengatakan
belum akan berhenti berinovasi. Salah satu inovasi yang akan ia siapkan adalah
membeli mesin potong kertas dan mengajarkan anak buahnya untuk menggunakannya.
Ia yakin, alat potong itu bisa memudahkan pekerja mendapat motif yang
diinginkan sesuai permintaan konsumen. Ia juga akan terus berkelana
memperkenalkan produknya. Tahun 2017, ia berencana ikut pameran di Bandung
(Jawa Barat), Malang (Jawa Timur), Jakarta, Denpasar (Bali). Tidak hanya itu,
ia juga masih akan belajar kepada perajin lain di beberapa daerah kreatif,
seperti Malang dan Yogyakarta. Ia tak ingin pengetahuan dan keahliannya buntu
dan tak mampu lagi berkreasi.
Kini, Farid masih menyimpan mimpi lanjutan. Ia ingin
perajin Mitra Kreasi Handycraft mendapatkan pendapatan yang lebih baik.
Pendapatan perajin sekitar Rp. 1,2 juta per bulan. “Saya ingin perajin
mendapatkan penghasilan yang mencukupi,” ujarnya.
Oleh sebab itu, Farid berupaya mengembangkan Mitra
Kreasi Handycraft dengan mengumpulkan modal untuk membeli mesin pres. “Kalau
semua pesanan bisa dipenuhi, tentu lebih banyak pemasukan. Otomatis, pendapatan
pengrajin juga bisa meningkat,” katanya.
Impian lain, Mitra Kreasi Handycraft bisa menjadi
panutan pemberdayaan masyarakat, setidaknya di Kabupaten Serang. “Supaya impian
itu terwujud, saya minta perajin jangan banyak tidur,” ujarnya sambil tertawa.
Biodata
Nama lengkap | : | Farid. | ||||||||||
Lahir | : | Banten, 7 Juli 1973. | ||||||||||
Istri | : | Lasuningsih. | ||||||||||
Rumah | : | Jl. Raya Serang – Jakarta, Kec. Kragilan (samping Markas Koramil Kragilan). | ||||||||||
Anak : | ||||||||||||
1 | Thariq Azis, | |||||||||||
2 | Miftah Aufa Rafiki, | |||||||||||
3 | Muhammad Ijul Muslimin. | |||||||||||
Pendidikan : | ||||||||||||
* | SD Negeri 1 Kragilan. | |||||||||||
* | SMP Negeri 1 Kragilan. | |||||||||||
* | SMA Al-Furqon, Serang. | |||||||||||
Sumber : | ||||||||||||
* | Rubrik Sosok Koran Kompas edisi Selasa, 2 Mei 2017 halaman 16. | |||||||||||
* | http://www.radarbanten.co.id/menumpuk-rezeki-dengan-kerajinan-limbah-kertas/ |
mantab boss
BalasHapus