Rabu, 03 Mei 2017

Farid, pengrajin limbah kertas.



KERAJINAN TANGAN : Karyawan CV Mitra Kreasi sibuk merampungkan tas tangan dari limbah industri kertas. Foto : Rozak/ Radar Banten.





























Farid
Founder Kreasi Mitra Handycraft


Kreatif dengan Limbah Kertas

Kiprah Farid tak sesingkat namanya. Sejak delapan tahun lalu, ia memberdayakan para pemuda di Desa Kragilan, Kecamatan Kragilan, Kabupaten Serang, Banten. Ia mengajak mereka untuk memanfaatkan kertas limbah pabrik menjadi kerajinan berkualitas lewat Kreasi Mitra Handycraft.


Rubrik Sosok Koran Kompas Edisi Selasa 2 Mei 2017 halaman 16.




Di ruang berukuran 7 meter kali 4 meter itu, awal Maret 2017, lima perajin sedang tekun bekerja. Mereka membubuhkan perekat, memasang tali, menggunting dan menggarisi kertas. Kerja kreatif itu berujung pada miniatur becak dan pinisi, kantong kertas, kotak tisu, dan bingkai foto, yang tergeletak di lantai tak jauh dari mereka. Usaha di Jalan Raya Serang–Jakarta itu juga menghasilkan minatur badak, gazebo, kaleng kerupuk, gapura, dan menara Masjid Agung Banten.
Kiprah mereka pada siang itu serupa dengan spanduk kecil yang terpasang di dinding bertuliskan “Mitra Kreasi Handycraft mengubah sampah jadi emas”. Kertas-kertas tak bernilai diubah menjadi uang oleh tangan kreatif para pemuda.
Harga berbagai produk itu bervariasi, tergantung dari ukuran dan tingkat kesulitan pengerjaannya. Produk paling murah, kantong kertas, dijaul Rp. 3.000 per unit. Miniatur becak seharga Rp. 80.000 per unit dan badak Rp. 90.000 per unit. Miniatur kapal pinisi setinggi 1 meter, panjang 1,2 meter, dan lebar 30 centimeter jadi produk termahal, yaitu Rp. 700.000 per unit. “Setiap bulan kami menghasilkan sekitar Rp. 400 unit,” katanya. Jumlah itu jauh lebih besar dibandingkan produksi sekitar 250 unit  per bulan saat ia mandirikan Kreasi Mitra Handycraft pada Juni 2009. Dalam rentang waktu yang sama, jumlah karyawan juga bertambah dari 12 menjadi 20 orang. Para karyawan itu adalah warga setempat.
“Saya mensyukuri permintaan yang tinggi. Namun, saya bangga saat kemampuan karyawan saya juga semakin tinggi,” ujarnya. Membuat perahu pinisi, misalnya. Jika sebelumnya bisa membuat 50 unit per bulan, sekarang mereka mampu menghasilkan 200 unit per bulan. Demikian pula dengan produksi kantong kertas yang meningkat dari 100 unit menjadi 1.000 unit per bulan.

Manfaatkan limbah
Farid bersinggungan dengan kerajinan kertas saat ia jenuh pada beberapa pekerjaan. Ia pernah menjadi teknisi di perusahaan sepatu hingga membuka kios penjualan pulsa telepon seluler. Akan tetapi, memang benar, jodoh tak ke mana. Ia justru menemukan jalan sejahtera di depan rumahnya. Di sana, berdiri pabrik kertas milik PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. Tak bekerja di sana, ia punya ide memanfaatkan kertas hasil produksi yang tak terpakai. Ia yakin, kertas bekas itu bisa diolah jadi kerajinan bernilai ekonomi lebih tinggi.
Untuk memuluskan niatnya, ia menemui perusahaan tersebut. Gayung bersambut, permintaannya untuk memanfaatkan kertas bekas diterima. Farid diberikan tiga bulan guna menghasilkan produk bermutu. Jika kerajinan yang dihasilkan memenuhi standar mutu yang ditetapkan, PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk bersedia membelinya sebagai oleh-oleh untuk tamu perusahaan. Ia menerima tantangan itu. Ia lancas berselancar di internet. Buku tentang kerajinan dilahap. Toko menjual hasil kerajinan didatangi. Pakar yang piawai membuat beragam karya seni juga ia sambangi. Pada awalnya, hasilnya tak sebaik harapan. Saat membuat pigura kertas, misalnya, buatannya tak memenuhi standar. Mulai dari pemotongan kertas yang miring, pemilihan warna yang buruk, hingga cetak tulisan yang berbayang.
“Produk saya ditolak karena tidak layak. Namun, PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk tidak pergi begitu saja. Saya diberi banyak masukan dan pelatihan,” katanya. Hingga akhirnya pendampingan dan semangat Farid membuahkan hasil. Ia akhirnya bisa menghasilkan produk sesuai permintaan.
“Kepercayaan itu mahal. Memang repot, tapi berkat komunikasi yang baik, masalah kualitas dan kuantitas bisa diselesaikan,” ucapnya.
Kerja kerasnya setimpal. Pesanan lantas deras berdatangan atas produk yang ia beri nama Kreasi Mitra Handycraft. Konsumen berasal dari berbagai kalangan, seperti bank, hotel, dan lembaga penghimpun dana untuk masyarakat miskin. Tidak hanya di Banten, produknya juga diminati konsumen Riau, Jakarta dan Jawa Timur. Permintaan dari luar negeri juga ia dapatkan. Negara tujuan ekspor pertama, yakni Rumania, memesan 50 miniatur pinisi tahun 2012. Pada tahun yang sama, pesanan lain sebanyak 250 tempat pensil berbentuk persegi enam datang dari Jepang.
“Pesanan dari Jepang pernah bikin saya pontang-panting. Hanya diberi waktu satu bulan untuk menyelesaikan pesanan. Padahal saya hanya bisa membuat 50 unit. Belum lagi, kualitas produk yang diminta tergolong tinggi,” tuturnya.

Berbagai pengetahuan
Pengalaman itu memberikan banyak pelajaran. Dalam waktu singkat, ia menularkan pengetahuannya kepada warga sekitar rumahnya. Saat itu, ada 15 orang yang ia latih. Semangat warga yang ia dampingi cukup tinggi. Sembari belajar, ia mendorong mereka langsung langsung membuat produk. Hasilnya memuaskan dan dapat memenuhi pesanan kualitas dan tepat waktu tanpa keluhan dari konsumen.
“Pesanan dari PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk masih diterima. Malah, sekitar 80 persen dari produk kami disalurkan ke perusahaan itu,” ujar Farid.
Dikenal di dalam dan luar negeri, Farid mengatakan belum akan berhenti berinovasi. Salah satu inovasi yang akan ia siapkan adalah membeli mesin potong kertas dan mengajarkan anak buahnya untuk menggunakannya. Ia yakin, alat potong itu bisa memudahkan pekerja mendapat motif yang diinginkan sesuai permintaan konsumen. Ia juga akan terus berkelana memperkenalkan produknya. Tahun 2017, ia berencana ikut pameran di Bandung (Jawa Barat), Malang (Jawa Timur), Jakarta, Denpasar (Bali). Tidak hanya itu, ia juga masih akan belajar kepada perajin lain di beberapa daerah kreatif, seperti Malang dan Yogyakarta. Ia tak ingin pengetahuan dan keahliannya buntu dan tak mampu lagi berkreasi.
Kini, Farid masih menyimpan mimpi lanjutan. Ia ingin perajin Mitra Kreasi Handycraft mendapatkan pendapatan yang lebih baik. Pendapatan perajin sekitar Rp. 1,2 juta per bulan. “Saya ingin perajin mendapatkan penghasilan yang mencukupi,” ujarnya.
Oleh sebab itu, Farid berupaya mengembangkan Mitra Kreasi Handycraft dengan mengumpulkan modal untuk membeli mesin pres. “Kalau semua pesanan bisa dipenuhi, tentu lebih banyak pemasukan. Otomatis, pendapatan pengrajin juga bisa meningkat,” katanya.
Impian lain, Mitra Kreasi Handycraft bisa menjadi panutan pemberdayaan masyarakat, setidaknya di Kabupaten Serang. “Supaya impian itu terwujud, saya minta perajin jangan banyak tidur,” ujarnya sambil tertawa.

Biodata

Nama lengkap : Farid.







Lahir
: Banten, 7 Juli 1973.





Istri
: Lasuningsih.






Rumah
: Jl. Raya Serang – Jakarta, Kec. Kragilan (samping Markas Koramil Kragilan).













Anak :










1 Thariq Azis,









2 Miftah Aufa Rafiki,








3 Muhammad Ijul Muslimin.




















Pendidikan :









* SD Negeri 1 Kragilan.







* SMP Negeri 1 Kragilan.







* SMA Al-Furqon, Serang.

































Sumber :










* Rubrik Sosok Koran Kompas edisi Selasa, 2 Mei 2017 halaman 16.




* http://www.radarbanten.co.id/menumpuk-rezeki-dengan-kerajinan-limbah-kertas/



1 komentar:

Erick Thohir

  Menteri BUMN (2019-2024)   Dari Media, Olah Raga sampai Sarinah Ditulis Muhammad Anwari SN. Saat ini Erick Thohir masih menjabat Menteri B...