Rabu, 03 Mei 2017

Abdul Fikri Fakih, Ketua PW PKS Jawa Tengah

Drs. H. Abdul Fikri Fakih, MM
Anggota DPR RI (2014-2019)

Pingin melayani masyarakat selamanya



Kakeknya, Kiai Abdul Rouf, adalah pendiri Roudlotul Islamiyah Mardiyah kumpulan santri Tebuireng asal Cirebon, Brebes, Tegal, Pemalang, dan Pekalongan. Drs. H. Abdul Fikri Fakih, MM pernah menjadi Kepala Sekolah di Kota Tegal dan rela mundur meninggalkan status PNS-nya saat diamanahi Partai Keadilan (PK) untuk maju dalam pencalonan anggota legislatif di Pemilu 1999. Ia pun terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Tegal.

Lalu, di Pemilu 2004 Fikri mendapat kepercayaan dari masyarakat Tegal untuk menjadi anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah, mewakili suara tiga wilayah yaitu Kabupaten Tegal, Kota Tegal, dan Kabupaten Brebes.
Di Pemilu 2009, Fikri kembali terpilih menjadi anggota dewan dan diamanahi menjadi Wakil Ketua DPRD Provinsi Jawa Tengah hingga sekarang sekaligus menjabat sebagai Ketua DPW PKS Jawa Tengah.
Sebagai orang asli Tegal, Fikri berprinsip untuk apa bisa melakukan sesuatu yang hebat dan berprestasi, jika kampung halamannya masih tertinggal dibanding daerah lain di Jawa Tengah. Oleh karenanya, amanah atas terpilihnya sebagai wakil rakyat di Senayan akan digunakan untuk kemaslahatan masyarakat Tegal dan Brebes. Ia berkeinginan mewujudkan potensi dan produk unggulan daerah yang banyak menopang pendapatan daerah yang sekarang belum optimal. “Kapan maning yen orak sai iki, enyong pengen ngelayani masyarakat selawase urip (kapan lagi kalau tidak sekarang, saya ingin melayani masyarakat hingga akhir hidup saya),” ujarnya.


Fikri ‘jebolan’ pegawai negeri sipil (PNS). Dulu, lelaki yang akrab dipanggil Ustadz Fikri, ini sebagai guru negeri yang diperbantukan di STM Muhammadiyah Tegal. Sebagai guru ia meraih prestasi demi prestasi. Dengan ungkapan lain, Fikri terbilang cukup cemerlang dan sukses di dunia pendidikan. Terbukti, tahun 1998 ia dinobatkan sebagai Guru Teladan III tingkat SLTA dari Kantor Dinas Pendidikan Kota Tegal. Selain itu, ia juga diberi kepercayaan oleh yayasan yang menaunginya sebagai kepala sekolah di tempatnya mengajar. Sebelas tahun lamanya ia melakoni peranannya sebagai guru PNS. Namun profesi guru itu ditinggalkan sejak keluarnya PP No. 5 Tahun 1999 tentang PNS yang menjadi anggota partai politik dan PP 12 Tahun 1999.
“Menurut ketentuan PP tersebut, PNS yang menjadi anggota parpol diberi waktu satu tahun, kalau tidak kembali maka diberhentikan dengan hormat. Saya putuskan tetap istiqomah di partai, dan saya merelakan tidak mendapatkan hak pensiun karena masa kerja saya baru 11 tahun, plus umur saya waktu itu masih 36 tahun. Pensiun dapat diberikan ketika salah satunya sudah berumur 50 tahun atau masa kerja lebih dari 20 tahun,” paparnya.
Fikri pernah mendapat penghargaan sebagai 10 anggota dewan tervokal dari Kelompok Diskusi Wartawan (KDW) Provinsi Jawa Tengah. Soal pensiun tersebut, sekarang tertebus, karena sebagai anggota DPR mempunyai hak pensiun sebagai pejabat negara.
Dunia politik sudah menjadi pilihan hidupnya. Bahkan bisa dibilang politik telah melekat pada dirinya. Jabatan puncak di partai berlogo padi yang diapit bulan sabit di Jawa Tengah itu telah diraihnya. Ia tepilih menjadi Ketua Umum DPW PKS Jateng periode 2010-2015.

Partai relegius
Menjadi nahkoda partai yang dikenal relegius tentu saja tidak mudah. Setidaknya, sebagai Ketua Umum DPW PKS selayaknya memiliki dasar dan pemahaman yang kuat sekaligus mengakar tentang agama Islam. Sejak kecil Fikri memang dididik dan dibesarkan dalam keluarga dan lingkungan yang sangat kuat agamanya. Orang tuanya, Abdullah Fakih, seorang alumni Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang yang lebih dari 20 tahun menimba ilmu di sana. Ayahnya telah menanamkan nilai-nilai dan akidah agama Islam pada dirinya sejak kecil. Belum lagi peran Kiai Said Sholeh, kakeknya dari garis ibu, yang merupakan salah satu alumni Pondok Pesantren Kremes dan Lirboyo. Kakeknya itu sangat berjasa membimbing dan memberikan ilmu nahwusharaf ketika Fikri masih anak-nak. Begitu juga KH Abdul Rauf, kakeknya dari garis bapak, ikut berjasa mempertebal ilmu agamanya melalui pondok pesantrennya yang bernama Ar-Rauf.
Alhamdulillah, saya benar-benar merasa beruntung hidup di lingkungan pondok-pondok pesantren dan keluarga besar yang sangat agamis. Pertama kali saya ngaji alifbata hingga mempelajari kitab-kitab ‘kuning’ seperti Jurmiyah maupun Safinah dari Kiai Yusuf Sholeh yang merupakan kakak dari Kiai Said Sholeh. Kebetulan sejak kecil saya diasuh oleh beliau. Kemudian ngaji lagi dengan KH Abdul Rauf, Kiai Said, dan KH Hasbulah, adik bapak saya yang kesemuanya tinggal saling berdekatan dengan rumah orang tua saya ketika kecil,” ungkapnya.
Sejak umur 11 tahun, Fikri ingin menimba ilmu agama lebih dalam lagi di Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang, mengikuti jejak sang ayah. Saat itu ia masih duduk di kelas 5 SD III Slawi. Hasratnya mondok begitu kuat, namun karena ibunya, Muniroh, yang sehari-hari bekerja sebagai guru PGA Slawi, melarangnya, maka niatpun diurungkan.
“Tapi saya tetap bersikukuh mondok. Ibu lalu berjanji, kalau tidak diterima di SMP Negeri, saya boleh mondok di Tebu Ireng. Eh, ternyata saya diterima di SMP Negeri 1 Slawi, ya gagal jadi santri Tebu Ireng ha ha ha,” kenangnya.
Selepas lulus SMPN 1 Slawi, tahun 1975, Fikri meneruskan sekolah di SMAN 1 Slawi. Untuk menambah ketrampilan di bidang bahasa Inggris, ia mengikuti kursus di Lembaga Pendidikan Extension English Course di Slawi mulai dari tingkat elementary hingga intermadiate. Hal itu berlangsung dari tahun 1979 hingga 1982. Di tengah-tengah kesibukan antara sekolah dan kursus, ia masih sempat meluangkan waktu untuk menambah wawasan, yakni berorganisasi di PII (Pelajar Islam Indonesia).

Sumber naskah : google.com



Biodata
Nama lengkap : Abdul Fikri Fakih.
Tempat, tgl lahir : Tegal, 17 Juli 1963.
Ayah : KH Abdullah Faqih.
Ibu : Hj. Muniroh.
Istri : Zubaidah.
Anak : 1. Abdul Robbih El Kayyis Fikri.
2. M. Ashim Adz Dzorif Fikri.
3. Miqdad Abdul Aziz Adz Dzaky Fikri.
4. M. Kholiq Labieb Fikri.
5. Sumaya Ahida Fikri.
6. Afifa Thohiro Fikri.
7. Unwah Dzakiy Umam Fikri.
Partai : PKS.
Komisi : VIII (agama, sosial, dan pemberdayaan perempuan).
Pendidikan : 1. SD Negeri 3 Slawi.
2. SMP Negeri 1 Slawi.
3. SMA Negeri 1 Slawi.
4. Sarjana Pendidikan Teknik Elektro IKIP Semarang.
5. Magister Management UMS Solo.
6. Kandidat Doktor Ilmu Lingkungan di Undip Semarang.
Jabatan : 1. Ketua Umum DPW PKS Jawa Tengah.
2. Anggota DPR RI Fraksi PKS.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Erick Thohir

  Menteri BUMN (2019-2024)   Dari Media, Olah Raga sampai Sarinah Ditulis Muhammad Anwari SN. Saat ini Erick Thohir masih menjabat Menteri B...