Berhasil menangkap Tommy Soeharto,
Dr. Azhari dan Noordin M. Top
Nama lengkapnya Muhammad Tito Karnavian. Lahir di Palembang, 26 Oktober 1964. Ia anak kedua dari enam bersaudara pasangan Muhammad Saleh (ayah) dan Hj. Kordiah (ibu). Ayahnya pernah menjadi wartawan Radio Republik Indonesia (RRI).
Tito Karnavian mulai mengenyam pendidikan di SD Xaverius 4. Kemudian masuk SMP Xaverius 2. Terus melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 2. Semua dijalani di kota kelahirannya, Palembang.
Lulus SMA Negeri 2 Palembang Tito mengikuti tes seleksi masuk di beberapa perguruan tinggi. Hebatnya ia bisa diterima di semua tes yang diikuti. Antara lain bisa diterima masuk di Akabri. Ia juga diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Selain itu diterima masuk di Jurusan Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dan di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN). Sehingga ia tinggal memilih.
Sebenarnya ayah dan ibunya menginginkan Tito menjadi dokter supaya bisa membantu masyarakat. Ia memaklumi keinginan orang-tuanya karena dokter profesi mulia. Namun kuliah di kedokteran membutuhkan banyak biaya. Padahal ekonomi orang tuanya sedang morat-marit. Adik-adiknya masih memerlukan biaya sekolah juga. Ia tidak mau merepotkan orang tua. Maka ia meminta ayahnya mengizinkan dirinya melanjutkan pendidikan ke Akademi Kepolisian (Akpol) di Magelang yang gratis. Orang tuanya pun akhirnya mengizinkan dan merestui. Ia berangkat ke Magelang dibekali uang Rp 12 ribu untuk biaya hidup di sana. Lulus pendidikan Akpol tahun 1987 dengan menyandang predikat lulusan terbaik dan dianugerahi penghargaan Bintang Adhi Makayasa. Saat itu usianya masih 23 tahun.
Tito menempuh pendidikan masternya (Master of Arts) di bidang Polece Studies di Universitas Exeter di Inggris tahun 1993. Saat itu masih menjabat Wakapolsek Metro Sawah Besar. Tahun 1996 menyelesaikan pendidikannya di PTIK (Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian) Jakarta sebagai lulusan terbaik. Ia kemudian mendapat penghargaan Bintang Wiyata Cendekia. Tahun 1998, sempat menimba ilmu di Royal New Zealand Air Force Command & Staff College, Auckland, New Zealand dan juga memperoleh gelar Bachelor of Arts (B.A.) dalam bidang Strategic Studies di Massey University, New Zealand.
Tahun 2008 mengikuti pendidikan di Nanyang Technological University, Singapura, sebagai kandidat Ph.D dalam bidang Strategic Studies.
Pada saat menjabat Kapolda Papua, tahun 2013 ia berhasil meraih gelar Ph.D di bidang Strategic Studies with interest on Terrorismt and Islamist Radicalization di S. Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University, Singapore dengan predikat magna cum laude.
Awal karir
Setelah lulus Akademi Kepolisian (Akpol) tahun 1987 Tito menjadi Perwira Samapta Polres Jakarta Pusat. Kemudian naik pangkat menjadi Kanit Jatanras Reserse, Polres Metro Jakarta Pusat hingga tahun 1991. Di tahun itu pula ia menikah dengan Tri Suswati gadis pujaan hatinya yang sudah dipacarinya sejak keduanya duduk di bangku SMA Negeri 2 Palembang. Pasangan ini dikaruniai tiga orang anak : Via, Opan dan Angga.
Setelah itu Tito naik jabatan menjadi Wakapolsek Metro Senen Polres Metro Jakarta Pusat dan Metro Sawah Besar Polres Metro Jakarta Pusat.
Selanjutnya Tito menjabat Sespri (Sekretaris Pribadi) Kapolda Metro Jaya. Kemudian menjabat Kapolsek Metro Cempaka Putih Polres Metro Jakarta Pusat hingga tahun 1997.
Di masa reformasi, Tito pernah menjabat Kasat Serse Ekonomi Reserse Polda Metro Jaya (1999-2000). Setelah itu menjabat Kasat Serse Umum Reserse Polda Metro Jaya hingga tahun 2002.
Menangkap Tommy Soeharto
Di saat menjabat Kasat Serse Umum Reserse Polda Metro Jaya Tito ditugasi menangkap Hutomo Mandala Putra atau Tommy Suharto putra mantan presiden Soeharto yang menjadi buronan atas kasus pembunuhan berencana Hakim Agung Syafiudin. Selama menjalankan tugas ini, ia sangat sulit ditemui. Sebab sangat jarang berada di kantor.
Tito yang berpangkat komisaris (dulu mayor polisi) memimpin Tim Kobra bentukan Reskrim Polda Metro Jaya yang beranggotakan 23 orang. Mereka yang dipilih adalah polisi yang memiliki jam terbang tinggi dalam mengungkapkan kasus kejahatan. Dalam bulan pertama tim bekerja, hasilnya nihil, membuat moril anggota tim sempat turun. Namun ia tetap mampu meyakinkan anggotanya. “Menangkap Tommy Soeharto mempertaruhkan citra polisi dan penegakan hukum,” katanya. Tidak jarang isi kantongnya ia bagi kepada anggota tim. Kerja keras dan kesabarannya membuahkan hasil. Tahun 2001 ia berhasil menangkap buronan beken ini. Ia kemudian mendapat kenaikan pangkat luar biasa, dari Komisaris ke Ajun Komisaris Besar (AKBP). Setelah Tommy tertangkap, baru ia relatif mudah dihubungi lagi.
Pindah ke Makassar
Tak lama berselang, Tito dipindahkan ke Makassar mengisi jabatan sebagai Kasat Serse Tipiter Reserse Polda Sulawesi Selatan.
Namun belum lama menjabat di Polda Sulawesi Selatan, ia dipindahkan ke Polda Metro Jaya untuk mengisi jabatan sebagai Koorsespri Kapolda Metro Jaya hingga tahun 2003. Kemudian menjabat Kasat Serse Keamanan Negara Reserse Polda Metro Jaya.
Densus 88
Tahun 2004 Kapolda Metro Jaya (Jenderal Firman Gani) membentuk Detasemen Khusus 88 atau Densus 88 Anti Teror untuk mengongkar jaringan teroris di Indonesia. Tito ditunjuk sebagai Kaden 88 Anti Teror Polda Metro Jaya yang saat itu berpangkat Ajun Komisaris Besar (AKBP).
Menangkap Dr. Azhari
Tanggal 9 November 2005 Tito memimpin Tim Densus 88 yang jumlahnya 75 personil berhasil menangkap teroris terkenal yaitu Dr. Azhari. Teroris tersebut tewas tertembak di Batu, Malang, Jawa Timur. Dari peristiwa tersebut, ia kemudian naik pangkat menjadi Komisaris Besar Polisi. Ia kemudian dipindahkan ke Serang, Banten, menjabat sebagai Kapolres Serang Polda Banten. Baru sebentar menjabat di Banten, sudah dipindah tugas ke Mabes Polri. Di sana ia menjabat Kasubden Bantuan Densus 88 Anti Teror Bareskrim Polri dan Kasubden Penindak Densus 88 Anti Teror Bareskrim Polri di tahun 2006.
Jabatan Tito selanjutnya sebagai Kasubden Intelijen Densus 88 Anti Teror Bareskrim Polri. Tanggal 2 Januari 2007 ia berhasil menangkap 19 orang dari 29 orang tersangka kerusuhan Poso melalui Densus 88 Anti Teror.
Menangkap Noordin M. Top
Tanggal 17 September 2009 Tito menjalankan aksi pengepungan teroris di Solo yang menewaskan empat orang, salah satunya adalah Noordin M. Top. Kejeniusannya dalam mengendus keberadaan Noordin M. Top inilah yang membuatnya naik pangkat menjadi Brigjen dan naik jabatan menjadi Kepala Densus 88 Anti Teror Mabes Polri yang kemudian berkembang menjadi Detasemen Khusus. Tito menggantikan Brigjen (Pol) Saut Usman Nasution yang menjabat Direktur I Keamanan dan Transnasional Bareskrim Mabes Polri.
BNPT
Prestasi Tito yang bagus dalam menanggulangi teroris bersama Densus 88, membuatnya dipromosikan sebagai Deputi Penindakan dan Pembinaan Kemampuan di Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di tahun 2011 hingga tahun 2012.
Kapolda Papua
Setelah bertugas hampir dua tahun di BNPT, Tito Karnavian diangkat menjadi Kapolda Papua dari tahun 2012 sampai 2014. Pada saat menjabat Kapolda Papua, tahun 2013, ia berhasil meraih gelar Ph.D di bidang Strategic Studies with interest on Terrorism and Islamist Radicalization di S. Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University, Singapore dengan predikat magna cum laude. Ia menjadi Kapolda Papua hingga tahun 2014.
Kapolda Metro Jaya
Tanggal 16 Juli 2014 Tito ditarik ke Mabes Polri. Di sana ia menjabat Asisten Kapolri Bidang Perencanaan Umum dan Anggaran (Asrena) tahun 2015. Posisi tersebut merupakan salah satu jabatan bergengsi di Mabes Polri.
Tahun 2015-2016 Tito menjabat Kapolda Metro Jaya. Ia cukup cekatan dalam menangani kejadian teroris Bom Sarinah Thamrin, Jakarta.
Baru 9 bulan menjadi Kapolda, Maret 2016 Tito ditarik ke BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Teroris) lagi. Tapi di BNPT sudah tidak menjabat sebagai Deputi Penindakan dan Pembinaan Kemampuan lagi. Di BNPT ia ditunjuk menjadi kepala (orang nomor satu di BNPT) yang membuat pangkatnya naik menjadi Komisaris Jendral Polisi Bintang Tiga.
Kapolri
Tito menjabat Kepala BNPT cuma sebentar, cuma tiga bulan. Sebab tanggal 15 Juni 2016 Presiden Joko Widodo menunjuk Tito menjadi Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) berpangkat bintang empat menggantikan Jenderal Polisi Badrodin Haiti yang pensiun. Ia resmi dilantik Jokowi sebagai Kapolri tanggal 13 Juli 2016.
"Kepada masyarakat mari kita dukung upaya-upaya untuk mewujudkan Polri yang lebih profesional dan amanah. Kami membuka diri, menampung aspirasi dan pandangan dari semua elemen masyarakat, untuk mendudukkan Polri menjadi pelindung dan pengayom bagi segenap warga bangsa," pesan Tito dalam situs resmi Polri, saat pengangkatnya menjadi Kapolri baru.
Mendagri
Presiden Joko Widodo memilih Tito Karnavian sebagai Menteri Dalam Negeri. Banyak yang bertanya-tanya keputusannya, mengingat terdapat satu kasus yang belum selesai ditangani di bawah kepemimpinan Tito sebagai Kapolri. Yakni, kasus penyiraman air keras ke mantan penyidik KPK Novel Baswedan.
Jokowi pun buka-bukaan soal ini. Ia menjelaskan bahwa Tito memiliki pengalaman di daerah dan cukup baik di lapangan.
Jokowi pun buka-bukaan soal ini. Ia menjelaskan bahwa Tito memiliki pengalaman di daerah dan cukup baik di lapangan.
"Hubungan pada saat beliau jadi Kapolri dengan kepala daerah sangat baik. Oleh sebab itu saya tegaskan (pengangkatan Tito sebagai Mendagri) memang untuk mengawal yang berkaitan dengan cipta lapangan kerja agar investasi-investasi di daerah itu berjalan baik," jelasnya di Istana Kepresidenan, Kamis (23/10/2019).
Kemudian Presiden menjelaskan, pertimbangannya memilih Tito karena terkait pelayanan utama kementerian soal pelayanan publik di daerah-daerah agar bisa dikoordinasikan dengan seluruh kepala daerah. Ini dilakukan untuk mempercepat kepentingan investasi dan penciptaan lapangan kerja.
"Dalam 5 tahun kelemahan kita ada di situ, banyak dunia usaha yang ingin berinvestasi baik lokal nasional maupun global tapi terhambat di sini. Saya kita ini tugas paling berat di situ."
Namun, lanjutnya, kewenangan Kemendagri juga terkait soal keamanan dan ketertiban sosial. "Saya kira Pak Tito memiliki pengalaman yang baik”.
Terkait kasus penyiraman air keras kepada Novel Baswedan yang dinilai belum tuntas, Jokowi mengatakan hal itu akan dilanjuti oleh Kapolri yang baru agar bisa diselesaikan. “Sebelum saya angkat jadi Mendagri saya sudah lihat laporannya kemarin. Saya kira ada perkembangan yang sangat baik yang akan segera diteruskan Kapolri baru dan segera diumumkan kalau betul-betul sudah-sudah selesai. Ini bukan kasus yang mudah," jelas Jokowi. (an).
Nama lengkap : Muhammad Tito Karnavian.
Tempat, tgl lahir : Palembang, Sumatera Utara, 26 Oktober 1964.
Agama : Islam.
Jabatan : Kapolri.
Pangkat : Jenderal Polisi Bintang Empat.
Ayah : H. Achmad Saleh.
Ibu : Hj. Kardiah/ Supriatini (cek yang benar mana?).
Saudara : Iwan Dakota, Donny Akbar, Dian Marelia, Fifa Argentina, dan Diah Natalisa.
Istri : Tri Suswati.
Anak : Via, Opan, dan Angga.
Riwayat pendidikan :
· SD Xaverius 4 di Palembang (lulus 1976).
· SMP Xaverius 2 di Palembang (lulus 1980).
· SMA Negeri 2 Palembang (lulus 1983).
· Akademi Kepolisian (1987); Penerima bintang Adhi Makayasa sebagai lulusan Akpol terbaik.
· Pendidikan S2 Master of Arts (M.A.) in Police Studies, University of Exeter, Inggris (1993).
· Pendidikan S1 Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) (1996); Penerima bintang Wiyata Cendekia sebagai lulusan PTIK terbaik.
· Royal New Zealand Air Force Command & Staff College, Auckland, New Zealand Selandia Baru (Sesko) (1998).
· Bachelor of Arts (B.A.) in Strategic Studies, Massey University, New Zealand (1998).
· Sespim Pol, Lembang (2000).
· Lemhannas RI PPSA XVII (2011) penerima Bintang Seroja sebagai peserta Lemhanas terbaik.
· Ph.D in Strategic Studies with interest on Terrorism and Islamist Radicalization at Studies Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University, Singapore (magna cum laude) (2013).
Karier :
· Perwira Samapta Polres Metro Jakarta Pusat (1987).
· Kanit Jataras Reserse Polres Metro Jakarta Pusat (1987-1991).
· Wakapolsek Metro Senen Polres Metro Jakarta Pusat (1991–1992).
· Wakapolsek Metro Sawah Besar Polres Metro Jakarta Pusat
Sespri Kapolda Metro Jaya (1996).
Sespri Kapolda Metro Jaya (1996).
· Kapolsek Metro Cempaka Putih Polres Metro Jakarta Pusat (1996–1997).
· Sespri Kapolri (1997–1999).
· Kasat Serse Ekonomi Reserse Polda Metro Jaya (1999–2000).
· Kasat Serse Umum Reserse Polda Metro Jaya (2000–2002).
· Kasat Serse Tipiter Reserse Polda Sulawesi Selatan (2002).
· Koorsespri Kapolda Metro Jaya (2002 – 2003).
· Kasat Serse Keamanan Negara Reserse Polda Metro Jaya (2003 – 2005).
· Kaden 88 Anti Teror Polda Metro Jaya (2004 – 2005).
· Kapolres Serang Polda Banten (2005).
· Kasubden Bantuan Densus 88 Anti Teror Polri (2005).
· Kasubden Penindak Densus 88 Anti Teror Polri (2006).
· Kasubden Intelijen Densus 88 Anti Teror Polri (2006 – 2009).
· Kadensus 88 Anti Teror Polri (2009-2010).
· Deputi Penindakan dan Pembinaan Kemampuan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) (2011-21 Sept 2012).
· Kapolda Papua (21 Sept 2012-16 Juli 2014).
· Asrena Polri (16 Juli 2014-12 Juni 2015).
· Kapolda Metro Jaya (12 Juni 2015-16 Maret 2016).
· Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) (16 Maret 2016-
Kapolri, Juni 2016.
Kapolri, Juni 2016.
Penghargaan :
· Bintang Adhi Makayasa (lulusan terbaik Akpol) (1987)
· Bintang Wiyata Cendekia (lulusan terbaik Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian Jakarta) (1996)
· Kenaikan Pangkat Luar Biasa Mayor ke Ajun Komisaris Besar (2001)
· Kenaikan Pangkat Luar Biasa Ajun Komisaris Besar ke Komisaris Besar (2005)
· Penghargaan memimpin operasi anti teror di daerah konflik Poso Sulawesi Tengah (2007)
· Kenaikan Pangkat Luar Biasa Komisaris Besar ke Brigadir Jenderal (2009)
· Kenaikan Pangkat Luar Biasa Brigadir Jenderal ke Inspektur Jenderal (2011) (Penyesuaian kepangkatan BNPT)
· Bintang Seroja Lulusan Terbaik Lemhanas PPSA 17 (2011)
· Bintang Bhayangkara Utama dari Presiden RI
· Bintang Bhayangkara Nararya
· Bintang Bhayangkara Pratama dari Kapolri
· Bintang Yudha Dharma Utama dari Panglima TNI
· Bintang Eka Paksi Utama dari TNI AD
· Bintang Jalasena Utama dari TNI AL
· Bintang Swa Bhuwana Paksa Utama dari TNI AU
· Satyalencana Kesetiaan 8 Tahun
· Satyalencana Kesetiaan 16 Tahun
· Satyalencana Kesetiaan 24 Tahun
· Satyalencana Dwidaya Sistha
· Satyalencana Bhakti Buana
· Satyalencana Bhakti Nusa
· Satyalencana Darma Nusa
· Satyalencana Dharma Phala
· Satyalencana Jana Utama
· Satyalencana Santi Dharma
· Satyalencana Karya Bakti
· Satyalencana Karya Satya
· Satyalencana Seroja
· Satyalencana Ksatria Tamtama
· Satya Lencana Nararia
· Satya Lencana UN Mission
· The United Nation Medal (PBB)
Buku Karangan :
· Indonesian Top Secret: Membongkar Konflik Poso, Gramedia, Jakarta, 2008.
· Regional Fraternity: Collaboration between Violent Groups in Indonesia and the Philippines, Bab dalam buku “Terrorism in South and Southeast Asia in the Coming Decade”, ISEAS, Singapura, 2009.
· Bhayangkara di Bumi Cenderawasih, ISPI Strategic Series, Jakarta, 2013.
· Explaining Islamist Insurgencies, Imperial College, London, 2014.
· Peran Polri dalam Penanganan Terorisme di Indonesia, Jakarta, 2017.
Referensi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar