Pernah dijegal di negeri sendiri,
tapi dunia mengaguminya
Tokoh kita yang satu ini adalah seorang pakar ekonomi. Ia tokoh wanita yang tangguh. Tidak hanya terkenal di Indonesia tapi juga di manca negara. Disebabkan prestasinya yang mengagumkan dunia internasional. Sehingga ia ikut mengharumkan nama bangsa Indonesia di dunia internasioal. Nama lengkapnya Sri Mulyani Indrawati, SE, MSc, PhD. Wanita kharismatik ini lahir 26 Agustus 1962 di Lampung dari keluarga berpendidikan. Ia anak ketujuh dari sepuluh bersaudara. Ayah (almarhum Prof Dr Satmoko) dan ibunya (almarhumah Prof Dr Retno Sriningsih Satmoko) pernah menjadi guru besar di Universitas Negeri Semarang.
Sri Mulyani tumbuh dalam keluarga yang penuh kehangatan. Keterbukaan antar anggota keluarga selalu ditanamkan sejak kecil oleh orang tuanya. Kedua orang tuanya sering berinteraksi dengan anak-anaknya. Momen makan bersama menjadi ajang mereka saling bercerita tentang kejadian sehari-hari yang dialami. Kedua orang tuanya selalu menekankan bahwa pendidikan itu penting dan utama bagi anak-anaknya. Maka ia dan 9 saudara kandungnya semua berpendidikan S3 dan berprestasi.
Waktu masih kecil Sri Mulyani berbeda dengan anak-anak yang lain. Anak-anak lain sejak kecil sudah punya cita-cita sangat tinggi. Ada yang ingin menjadi dokter, polisi, tentara, bahkan ada yang kepingin menjadi presiden. Tapi ia cuma ingin menjadi guru Taman Kanak-Kanak (TK).
“I love children (saya suka anak-anak), bener-bener saya really love playing with children (sangat suka bermain dengan anak-anak). Bagaimana mereka bergembira, berekspresi, dan berinteraksi, itu membuat andrenalin saya muncul,” ungkap Sri Mulyani di Epicentrum Walk, dalam acara Youth X Public Figure di Jakarta, Sabtu (12/5/2018).
Sampai masuk SMP Negeri 2 Bandar Lampung (1975-1978) keinginan Sri Mulyani menjadi guru masih ada tetapi bukan guru TK lagi, melainkan ingin menjadi guru bahasa Inggris. Karena ia melihat sosok guru bahasa Inggris di sekolahnya yang mampu mengajar dengan cara yang menarik sehingga lebih mudah dipahami.
“Kebetulan guru bahasa Inggris saya di SMP sangat menarik, pakai baju rapi, cara jelasinnya bagus, gestur tubuhnya menyenangkan, jadi role model (panutan), mungkin saya jadi guru bahasa Inggris saja deh,” ungkap Sri Mulyani.
Kemudian Sri Mulyani pindah ke Semarang mengikuti orang tuanya. Di Semarang ia melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 3 Semarang (1978-1981). Ia mengambil Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Ia lulus dengan predikat sebagai juara sekolah. Sejak SMA ia dikenal sebagai siswi yang cerdas. Segala macam kegiatan organisasi, estrakurikuler dan olahraga diikuti. Ia juga sempat menjadi ketua OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah). Sejak SD sampai SMA sering berangkat dan pulang sekolah menggunakan sepeda.
Setelah tamat SMA cita-cita Sri Mulyani barubah lagi. Ia sudah tidak kepingin jadi guru bahasa Inggris. Ia lebih suka menjadi dosen dan peneliti. Ia diterima tanpa tes di IPB (Institut Pertanian Bogor). Berhubung melihat kakaknya yang insinyur dan dokter kurang menarik, ia pilih menjadi dosen dan peneliti tetapi tetap menonjolkan sisi sosialnya, meski harus keluar dari doktrin keluarganya yang kebanyakan berprofesi sebagai insinyur dan dokter. “Bayangan ibu saya, saya akan bekerja di bank tapi saya yakinkan mau jadi dosen dan peneliti,” ucapnya. Kemudian ia memilih melanjutkan ke Jurusan Ekonomi Program Studi Pembangunan (ESP) Universitas Indonesia (UI). Lulus S1 di tahun 1986 dengan predikat Lulusan Terbaik.
“Jadi bisa enjoy (menikmati) ilmu ekonomi itu karena ada ilmu psikologinya yaitu behaviour (tingkah laku) konsumen, behaviour perusahaan, kemudian how to policy (bagaimana kebijakannya). Bagaimana kebijakan didesain, kalau dibikin begini, rakyatnya bereaksi begini bagaimana caranya, tujuannya begini apa instrumennya, sangat menyenangkan,” paparnya.
Beasiswa
Sebelum lulus sarjana Sri Mulyani sudah bekerja menjadi Asisten Peneliti di Fakultas Ekonomi UI. Setelah lulus S1 ia bekerja menjadi Peneliti di Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat (LPEM). Saat itulah ia mendapat tawaran beasiswa S2 ke luar negeri dari Fakultas Ekonomi UI. Ia kemudian mendaftar di University of Birmingham di Inggris. Sebenarnya bisa diterima di sana, tapi kemudian ia tolak karena ada tawaran lain yang lebih menggiurkan yaitu tawaran dari Universitas of Illinois Urbana Champaign di Amerika Serikat untuk program S2 dan S3 atau Ph.D (doktor). Ia kemudian memilih melanjutkan kuliah ke Amerika dan memboyong keluarganya ke sana.
Sri Mulyani menyelesaikan program masternya pada tahun 1990 dengan mengambil konsentrasi di bidang Public Finance (keuangan publik) dan Urban Economy. Lulus tahun 1990. Sedang program doktornya (S3) diselesaikan tahun 1992 dengan disertasi tentang Pajak Penghasilan (income tax). Ia menyelesaikan master dan doktornya hanya dalam waktu empat tahun. Selama mengambil program doktor, ia bekerja sebagai asisten dosen statistik di kampusnya.
Sedangkan suaminya (Tonny Sumartono) mengambil program Master di bidang Manajemen Keuangan (Finance).
Sri Mulyani dan suaminya tinggal di Amerika dalam keadaan serba pas-pasan karena hanya pendidikan Sri Mulyani yang dibiayai dengan beasiswa, sedangkan suaminya terpaksa menjual mobilnya untuk membiayai kuliahnya.
Setelah pulang ke Indonesia Sri Mulyani kembali ke kampus UI bekerja sebagai Wakil Direktur Pendidikan dan Latihan di Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) hingga tahun 1995. Kemudian menjadi Wakil Kepala Bidang Penelitian LPEM hingga tahun 1998. Selain itu pernah menjabat Kepala Program Magister Perencanaan Kebijakan Publik UI hingga 1999.
Di awal tahun 2000-an Sri Mulyani terbang ke Amerika lagi dan merintis karir di sana. Ia tinggal di Atlanta, Amerika Serikat. Di negeri Paman Sam itu ia bekerja menjadi konsultan USAID (United States Agency for International Development) dan menjadi dosen pembimbing serta pendamping mahasiswa yang tinggal dan belajar di Amerika Serikat. Tahun 2002 pindah ke Washington DC dan bekerja sebagai Direktur Eksekutif IMF (International Monetary Fund/ Dana Moneter Internasional).
Sebelumnya Sri Mulyani pernah menjabat komisaris di perusahaan swasta Astra International dan Komisaris Independen di Unilever Indonesia. Kedua posisi tersebut ia tinggalkan saat berkarir di IMF.
Era SBY
Tahun 2004 Sri Mulyani dipanggil Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk menerima mandat menjadi Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional Indonesia dalam Kabinet Indonesia Bersatu hingga tahun 2005. Maka ia pulang lagi ke Indonesia. Kemudian ditunjuk menjadi Menteri Keuangan. Ia sempat merangkap sebagai Menteri Kordinator Bidang Perekonomian.
Selama menjadi menterinya SBY Sri Mulyani aktif membersihkan kementeriannya dari KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme) dan birokrasi yang menyulitkan. Ia mereformasi struktur birokrasi di Kementerian Keuangan, Pajak dan Bea Cukai menjadi lebih ramping dan transparan. Direktorat Jenderal Pajak dan Bea-Cukai dibersihkan karena dua lembaga itu kerap disebut menjadi sarang penyamun. Sudah ratusan pegawai Pajak dan Bea-Cukai dipecatnya lantaran korupsi.
Setelah ‘bersih-bersih’ di Jendral Pajak dan Bea-Cukai Sri Mulyani mendirikan LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) dan memprakarsai beasiswa untuk mahasiswa yang ingin melanjutkan studi di dalam maupun ke luar negeri. Ribuan putra-putri bangsa telah diberangkatkan menuntut ilmu dengan biaya yang mumpuni berkat gagasan Sri Mulyani.
Selamat dari krisis
Amerika Serikat beberapa tahun lalu pernah dilanda krisis ekonomi parah. Kala itu, perekonomian dunia morat-marit tidak karuan, bahkan Yunani sempat dinyatakan pailit. Beberapa negara bagian di Amerika bangkrut. Tapi Indonesia yang notabene negara berkembang dan masih rapuh, malah bisa selamat, bahkan kursnya menguat pesat. Itu berkat jasa Sri Mulyani.
Sri Mulyani telah merumuskan langkah-langkah untuk menghadang krisis ekonomi global menyerang Indonesia. Ia memimpin rapat dari pagi hingga malam, dengan beban luar biasa besar. Nasib negeri ini digantungkan pada bahunya. Dua hari dua malam ia memimpin rapat yang konon menjadi tonggak dibangunnya benteng tebal yang menyelamatkan Indonesia dari krisis ekonomi global.
Sri Mulyani tahu benar bahwa jabatannya sebagai Menteri Keuangan saat itu menjadi tumpuan dan harapan untuk menentukan langkah Indonesia ke depan. Dalam waktu 48 jam, segala hal penting di Indonesia dari hulu ke hilir, kurs, suku bunga, devisa, likuiditas, rush, neraca perdagangan, stimulus, dan seterusnya harus ia handle. Semua harus ia pikirkan dengan matang dan teliti agar jangan sampai salah mengambil keputusan.
Berkat cucuran keringat dan kerja kerasnya, kita semua tidak merasakan pabrik-pabrik harus tutup seperti di Amerika. Atau kurs mata uang hancur lebur seperti di negara lainnya. Kita seolah hidup di planet lain yang tidak merasakan kerasnya pukulan krisis ekonomi, bahkan PHK (pemutusan hubungan kerja) dan melonjaknya harga-harga juga tidak terjadi. Setelah badai terlewati, ia menghela nafas panjang dan tersenyum. Upayanya mati-matian menahkodai keuangan dan perekonomian di Indonesia di saat genting berbuah manis.
Namun ada cerita yang mengharu-biru dan membuat hati terasa tersayat-sayat, teriris-iris. Di saat Sri Mulyani harus memimpin rapat dua hari dua malam itu sang ibundanya sedang sakit. Posisinya sebagai pejabat mengharuskan ia menghadiri rapat dengan pelaku usaha dan emiten untuk membicarakan krisis ekonomi 2008. Saat memimpin rapat ia mendapat kabar ibu kandungnya meninggal. Ia dihadapkan pada keputusan sulit. Meninggalkan rapat dan datang ke rumah duka, atau meneruskan rapat dengan risiko tak akan bisa melihat wajah ibunya untuk terakhir kalinya. Dilema dalam dua pilihan. Namun ia tahu, bahwa Indonesia lebih membutuhkannya saat itu. Akhirnya ia memutuskan memenuhi tanggung jawabnya sebagai menteri. Ia memilih tetap melaksanakan tugasnya memimpin rapat, hingga kabar wafat sang ibundanya didapatkannya. Rasa kehilangan pun menyelimuti dirinya. Ia manusia biasa yang bisa sedih saat kehilangan orang tercinta. Begitu semua rapat berakhir, ia terus wudhu dan salat. Saat berdoa, ia menangis sejadi-jadinya. Di balik kehebatannya, ia wanita yang juga punya perasaan dan rasa sedih, sama seperti yang lain.
Keberhasila Sri Mulyani dalam membuat kebijakan ekonomi Indonesia menjadi salah satu yang terbesar di Asia Tenggara dan sukses menavigasi ekonomi dari krisis ekonomi tahun 2008 silam membuatnya terpilih sebagai wanita paling berpengaruh di Indonesia urutan kedua versi majalah Globe Asia tahun 2007. Ia tercatat sebagai Menteri Keuangan Terbaik se Asia Pasifik tahun 2017 versi majalah Finance Asia. Tahun berikutnya (2008) ia meraih penghargaan Menteri Keuangan Terbaik di kawasan Asia Timur dan Pasifik versi majalah Global Market. Ia juga terpilih sebagai Wanita Berpengaruh ke 23 dunia pada tahun 2008.
Skandal Bank Century
Ulang tahun Sri Mulyani seharusnya menjadi momen yang membahagiakan. Namun yang terjadi sebaliknya. Perempuan dengan wajah bersahaja dan berpenampilan sederhana ini di era SBY justru menerima ‘kado’ menyakitkan di hari ulang tahunnya. Dana talangan untuk Bank Century yang ia setujui menimbulkan masalah besar. Ia diserang DPR habis-habisan, karena mencairkan dana sebanyak 6 trilyun lebih untuk bank ‘kecil’ Century. Wanita berkacamata ini menjawab semua cercaan anggota DPR dengan menggenggam tasbih. Ia butuh kekuatan ekstra karena ada beberapa hal yang sebetulnya ia tidak berkenan. Dengan susah payah ia menjelaskan alasannya, dengan perumpamaan yang ia harapkan bisa diterima semua orang, termasuk para anggota dewan.
“Jika ada rumah terbakar, tidak mungkin dibiarkan kerena api bisa membakar seisi kampung. Maka harus segera dipadamkan. Perkara di dalam rumah itu ada perampoknya, ya tangkap perampoknya,” kata Sri Mulyani dengan suara bergetar. Apa yang ia lakukan semata karena tugas dalam kewenangannya. Namun tetap saja ia disudutkan dan dicerca tak henti-hentinya.
Sri Mulyani ingat betul kapan dana talangan bank Century melejit menjadi masalah karena hari itu bertepatan dengan hari ulangnya. Perjuangannya menyelamatkan Indonesia dari krisis ekonomi global, dibayar dengan tamparan dan tuduhan menyakitkan.
Dijegal
Sri Mulyani bukan tipe orang yang suka mencari muka apalagi sensasi. Ia tidak berkoar-koar di media seperti para politisi. Ia lebih banyak diam dan menaati aturan yang berlaku. Begitu juga saat berkali-kali dipanggil menjadi saksi bailout Bank Century, dan dituduh terlibat kasus yang tak pernah dilakoni. Akibat tuduhan itu ia ‘tersisih’. Semua jasanya pada bangsa Indonesia menguap begitu saja. Justru bangsa lain yang masih mengakui kehebatannya. Terbukti Bank Dunia datang meminangnya untuk bekerja di sana. Pujian terhadap dirinya terus mengalir dari ahli-ahli ekonomi, presiden dan para menteri di luar negeri pasca tindakan heroiknya dalam menangani krisis tahun 2008. Tapi di negeri sendiri ia dijegal habis-habisan.
Padahal jika saat itu bank milik Robert Tantular itu tak diberikan dana bailout alias dana talangan dan kolaps, maka krisis ekonomi diprediksi akan terjadi. Keputusan dilematis dan penuh risiko yang Sri Mulyani ambil, membuatnya jadi bulan-bulanan dan dipersalahkan. Padahal tidak satu rupiahpun ia nikmati uang bailout tersebut. Tidak secuilpun ia pernah makan selain dari gaji dirinya dan suaminya. Lagi-lagi ia tidak pernah membangkang pada hukum, dan berusaha memberikan penjelasan kenapa ia mengambil keputusan tersebut.
Tahun berikutnya (2009) Sri Mulyani menulis surat pengunduran diri sebagai menteri kepada Presiden SBY.
Direktur Pelaksana Bank Dunia
Begitu ada tawaran dari Bank Dunia untuk posisi Direktur Pelaksana yang berkantor di Washington, AS, Sri Mulyani langsung menyabetnya. Tahun 2010 ia terbang lagi meninggalkan tanah air yang hingar bingar. Ia berangkat mengemban tugas dan tanggung jawab yang lebih besar. Ia ditunjuk menjadi Direktur Pelaksana Bank Dunia hingga tahun 2016 menggantikan Juan Jose Daboub. Selama menjabat di Bank Dunia ia tinggal di Amerika. Pemikiran dan dedikasinya kini dirasakan oleh seluruh negara di dunia.
Walau terkadang, Sri Mulyani kerap menangis di saat sujud salatnya, sembari berdoa semoga anak-anak dan suaminya selalu dilindungi Allah. Ia putranya yang nomor dua (Adwin Haryo Indrawan) diterima kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Bisa dibayangkan, betapa beratnya ia harus berpencar dengan anggota keluarganya, menahan rindu yang membuncah tiap harinya. Sosok yang dinyatakan sebagai perempuan paling berpengaruh nomor 23 di dunia versi majalah Forbes ini berusaha tegar dan tersenyum seperti biasa.
Kesempatan itu mengantarkan Sri Mulyani menjadi perempuan Indonesia pertama yang bisa mencapai posisi sebagai direktur pelaksana di Bank Dunia. Dengan jabatan ini saja, ia sudah mengharumkan dan membanggakan nama bangsa.
Sebagai orang nomor dua di Bank Dunia, Sri Mulyani memiliki tanggung jawab pekerjaan yang tidak ringan. Menurut Forbes, ia ditugaskan menyatukan ide-ide dan orang-orang terbaik dari 188 negara yang menjadi anggota Bank Dunia untuk memberantas kemiskinan dan mempromosikan kesejahteraan bersama. Pada 2016, Forbes mencatat ia menjadi salah satu Most Powerful Women(wanita paling kuat), ia saat itu berada di posisi 37.
Era Jokowi
Sri Mulyani adalah sosok menteri yang sangat berpengaruh. Pelaku Pasar di Pasar Bursa seperti diam menanti kabar jadi tidaknya ia pulang ke tanah air. Keadaan sempat lesu dan langsung bergairah manakala ia benar-benar muncul di Jakarta. Tak banyak orang memiliki pengaruh seperti ini. Hanya hitungan jari, itu pun sebelah tangan.
Sri Mulyani dipanggil Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Indonesia untuk memimpin kementerian keuangan lagi. Saat itu Jokowi tengah melakukan reshuffle kabinet jilid II pada 27 Juli 2016. Sri Mulyani dianggap kompeten dan punya jam terbang tinggi menangani masalah perekonomian. Ketangguhannya dalam menyelesaikan masalah ekonomi Indonesia dan dunia membuatnya sangat disegani. Ia kemudian meninggalkan gajinya yang mencapai hampir 1 milyar di Bank Dunia, agar kita hidup tenang, bekerja dengan penuh semangat di dalam negara yang sehat secara finansial.
Sri Mulyani dikenal bersih, tegas dan galak. Ia menegur pejabat-pejabat daerah yang kerap keluyuran ke ibukota hanya untuk mengecek dan memonitor kapan dana-dana khusus bagi daerahnya akan cair. Pejabat ini tidak bekerja. Sengaja meninggalkan posnya hanya untuk menghambur-hamburkan uang negara. Pernah, suatu hari, seorang Gubernur masuk ruangannya membawa kopor besar penuh uang dollar. Ia menahan diri agar tidak emosi, dan berkata lembut seperti layaknya wanita terpelajar, “Kali ini, saya anggap Bapak salah masuk, lain kali (kalau memaksa dan mencoba menyuap) saya akan telepon KPK. Mangga, Pak, pintu (keluar) ada di sebelah kanan”. Si Gubernur langsung ngacir.
Sri Mulyani merasa sudah cukup hidup hanya dengan gajinya sebagai menteri yang berkisar hanya 20 an juta per bulan. Hidup sederhanaIa hanya mau mengabdi pada negara yang telah membesarkannya, tempat anak-anaknya tumbuh hingga dewasa. (an).
Biodata Sri Mulyani
Nama lengkap + gelar : Sri Mulyani Indrawati, SE, MSc, PhD.
Tempat, tanggal lahir : Lampung, 26 Agustus 1962.
Agama : Islam.
Ayah : Prof. Dr. Satmoko.
Ibu : Prof. Dr. Retno Sriningsih Satmoko.
Suami : Tonny Sumartono.
Anak : - Dewinta Illinia (lahir ketika Sri Mulyani tinggal di Amerika Serikat),
- Adwin Haryo Indrawan,
- Lukman Indra Pambudi.
Riwayat pendidikan :
· SMP Negeri 2 Bandar Lampung.
· SMA Negeri 3 Semarang.
· Universitas Negeri 3 Semarang.
· Universitas Indonesia Jakarta.
· Master of Science of Policy Economics di University of Illinois Urbana Champaign, USA.
· PhD of Economics di University of Illinois Urbana-Champaign, USA.
Pengalaman kerja :
· Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM FEUI).
· Tim Penyelenggara Konsultan Ahli Badan Pembinaan Hukum Nasional Tahun 1999-2000.
· Kelompok Kerja Bidang Hukum Bisnis, Menteri Kehakiman Republik Indonesia.
· Anggota Tim Asistensi Menteri Keuangan Bidang Keuangan dan Moneter, Departemen Keuangan RI (1998).
· Redaktur Ahli Majalah bulanan Manajemen Usahawan Indonesia.
· Ketua I Bidang Kebijakan Ekonomi Dalam dan Luar Negeri serta Kebijaksanaan Pembangunan, PP Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI).
· Kepala Program Magister Perencanaan Kebijakan Publik-UI.
· Wakil Kepala Bidang Penelitian LPES FEUI.
· Wakil Kepala Bidang Pendidikan dan Latihan LPEM FEUI.
· Research Associate, LPEM FEUI.
· Pengajar Program S1 & Program Extension FEUI, S2, S3, Magister Manajemen Universitas Indonesia.
· Anggota Kelompok Kerja – GATS Departemen Keuangan RI.
· Anggota Kelompok Kerja Mobilitas Penduduk Menteri Negara Kependudukan – BKKBN.
· Anggota Kelompok Kerja Mobilitas Penduduk, Asisten IV Menteri Negara Kependudukan, BKKBN.
· Staf Ahli Bidang Analisis Kebijaksanaan OTO-Bappenas.
· Asisten Profesor, University of Illinois at Urbana, Champaign, USA.
· Asisten Pengajar Fakultas Ekonomi – Universitas Indonesia.
· Direktur Eksekutif di IMF.
· Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional Indonesia.
· Menteri Koordinaor Bidang Perekonomian Republik Indonesia.
· Direktur Pelaksana Bank Dunia.
· Menteri Keuangan Indonesia.
Catatan :
Naskah ini ditulis Muhammad Anwari SN dari bahan-bahan yang dikumpulkan dari internet. Mudah-mudahan ibu Sri Mulyani sempat membacanya hingga tuntas dan berkenan mengoreksi. Saya, Muhammad Anwari SN (penulis naskah ini), sangat berharap bisa bertemu dan melakukan wawancara langsung dengan ibu Sri Mulyani untuk melengkapi naskah yang akan dimuat di buku “Kisah Inspiratif Orang Indonesia” ini. Bisa menghubungi saya (Muhammad Anwari SN) via nomor WA 081390070083.
Referensi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar