Sasha
Masadha
GA
Manager PT Eude Indonesia
Mahasiswa
sekaligus dosen
Nama
lengkapnya Sasha Masadha. Kurang lebih sudah 14 tahun wanita yang biasa
dipanggil Sasha ini bekerja
di PT Eude Indonesia, perusahaan kayu milik
orang Swedia. Sasha mulai bekerja di PT Eude Indonesia tahun 2003. Karirnya dimulai dengan memegang jabatan sebagai
asisten manager. Pekerjaannya banyak sekali. Padahal dia single fighter, bekerja
sendirian dengan banyak pekerjaan yang antara lain
ngurusi divisi
accounting (keuangan),
shipping (ekspor
impor),
dan HRD (Human
Resource Development – pengembangan sumber daya manusia), bahkan juga ikut ngurusi bagian pemrosesan
dokumen orang asing. Itulah awal karirnya di PT Eude
Indonesia. Meskipun tugasnya tidak sedikit tapi semua bisa dijalankan dengan
baik.
Kemudian tahun 2008 Sasha
Masadha naik jabatan menjadi
Officer Manager. Empat
tahun kemudian, tepatnya tahun
2012 diangkat
menjadi HRD General Affair Manager. Mulai tahun 2012 itu tugasnya fokus
ngurusi karyawan mulai
dari pencarian tenaga kerja, pengelolaannya, pengembangan karirnya, sampai
ketika harus melakukan efisiensi atau PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). General Affair itu bisa diibaratkan dapurnya sebuah perusahaan yang
mengurusi kebersihan lingkungan, kenyamanan dan dokumentasi
perusahaan. Dokumen perusahaan itu sendiri meliputi izin perusahaan, izin orang
asing, dan order
purchasing (pembelian material produksi).
Kerasan
Yang membuat
Sasha betah bekerja di PT Eude Indonesia karena
bosnya baik.
Bigg boss-nya orang Swedia yang bisa mengayomi
karyawan dan siap memberikan
reward pada
karyawan yang berprestasi.
Itulah yang
membuat terus tertantang tetap di situ.
Menurut
Sasha, HRD itu bisa
diibaratkan
kakinya ada di dua
tempat. Satu sisi kakinya ada di perusahaan karena mewakili pimpinan atau
perusahaan. Sedangkan kaki
yang sebelahnya
harus berada di karyawan karena berkaitan dengan karyawan.
Sehingga harus
bisa merangkul
atasan dan bawahan supaya bisa selaras maju untuk kegiatan usaha.
Kalau karyawan mempunyai ide,
usulan atau keinginan,
HRD harus
bisa menyampaikan ke pimpinan. Namun karyawan
kalau minta sesuatu pada perusahaan cara menyampaikannya kadang dengan cara kurang baik. Oleh
sebab itu menjadi tugas HRD
untuk menyampaikan keinginan
karyawan ke pimpinan atau atasan dengan cara yang baik dan santun.
Sebaliknya kebijakan
dari perusahaan tidak
selalu bisa diterima oleh karyawan. Maka menjadi tugas HRD untuk menyampaikan kebijakan
perusahaan supaya bisa
diterima karyawan dengan baik.
“Itu
tantangan tersendiri buat saya, bagaimana melakukan pendekatan kepada atasan
dengan merangkul teman-teman karyawan,” katanya.
Itulah sisi seninya bekerja di
HRD atau personalia yang membuat dia kerasan dan terus
tertantang untuk tetap di HRD.
Demo
Tidak
puas dengan kebijakan perusahaan tempatnya bekerja karyawan PT Eude Indonesia
pernah melakukan unjuk rasa. Itu terjadi tahun 2013. Sasha dibantu Dinas
Tenaga Kerja berupaya
menghentikan demo
supaya karyawan bisa lebih
fokus pada pekerjaan.
Tapi
menurut Sasha, tidak semua pelaku demo bisa dikenakan sanksi. Sanksi
hanya bisa diberikan pada pelaku demo yang tidak sesuai aturan dan merugikan perusahaan. Saat terjadi
demo itulah posisi HRD berada
pada dua pihak yang berlawanan antara karyawan dan perusahaan. Maka
HRD bertugas
meredakan ketegangan
antara perusahaan dan karyawan.
Pada saat demo
itu keduanya saling ada curiga. Di satu pihak curiga gek-gek koe engko
ngene. Sementara di pihak lain mencurigai gek-gek kamu akan melakukan sesuatu. HRD harus
bisa ngeyem-yemi pengusaha dan karyawan. Kemudian
karyawan yang masih
membandel, masih melanggar aturan, akan dikenakan sanksi
tersendiri sesuai
kebandelannya.
“HRD kan ditugasnya
mengelola karyawan.
Karyawan yang
bagus kami beri reward (penghargaan). Sedangkan
karyawan yang
kurang bagus atau bandel kami ingatkan
secara tertulis
maupun lisan.
Kemudian mereka kami suruh
membuat
pernyataan tidak akan mengulangi lagi. Kalau masih mengulangi
perbuatannya kami berikan sanksi
terakhir berupa pemecatan atau PHK,” jelas Sasha.
Demo
bisa terjadi karena Serikat Pekerja (SP) dipengaruhi pihak-pihak luar yang
tidak mengerti urusan rumah tangga perusahaan. Kebetulan SP saat itu belum kuat
atau rasa kepercayaannya terhadap perusahaan berkurang, sehingga mudah
diprovokasi orang luar. Dalam kondisi seperti itu SP sudah tidak percaya
terhadap HRD. SP akan menganggap bahwa HRD ini adalah orangnya perusahaan yang
tidak bisa membantu karyawan. Tapi berjalannya waktu dan HRD mengeluarkan
program-program yang bisa ditunjukkan ke karyawan, karyawan akan berubah
pikiran. Akhirnya mana yang benar dan yang tidak akan kelihatan.
PT
Eude Indonesia punya dua SP. SP tugasnya mengontrol kebijakan perusahaan.
Menurut Sasha, SP yang baik itu tidak hanya menuntut tapi harus bisa menjadi
partner perusahaan. Contoh kalau ada karyawan yang absensinya jelek atau kurang
baik SP harus bisa menegur anggotanya yang tidak benar itu.
“Maka
HRD bekerja sama dengan SP, supaya HRD bisa mengingatkan eh itu anggotamu tulung dielekke mosok kerja kayak gitu.
Bagaimana perusahaan mau menghasilkan uang kalau pekerjamu atau anggotamu
bekerja seenaknya sendiri, bekerja tidak memakai masker, terus bagaimana ke depannya,”
tutur Sasha.
Itulah
sebagian suka-dukanya bekerja di HRD.
Sasha mengaku puas bisa
tersenyum ketika melakukan penerimaan karyawan. Sebaliknya,
jujur dia mengakui ikut sedih ketika
harus melakukan
PHK (pemutusan hubungan kerja), dia merasa kasihan, cuma sayangnya si
karyawan kok ndableg.
Apa
latar belakang pendidikan Sasha sehingga bisa diterima bekerja di PT Eude
Indonesia? Wanita yang sekarang menduduki posisi GA Manager ini ternyata hanya
tamatan D3 Unaki (Universitas Abadi Karya Indonesia) jurusan bahasa Inggris. Dia
tidak punya latar belakang hukum. Hebatnya dia sekarang bisa mengurusi banyak
hal yang terkait aturan pemerintah atau hukum. Dia tidak punya latar belakang
pendidikan psikologi. Padahal tugasnya tiap hari mengurusi karyawan yang berarti
sisi psikolog harus muncul, humanisme harus dimunculkan juga. Dia harus bisa memposisikan
diri sebagai pimpinan dan bawahan. Kemudian yang tak kalah penting dia harus
bisa memposisikan diri sebagai penengah antara pimpinan dan karyawan. Sasha
terus belajar akhirnya semuanya bisa dikerjakan.
Meskipun
sekarang sudah bekerja dan sibuk berorganisasi keinginan untuk melanjutkan
kuliah sampai S1 tetap ada. Sambil bekerja ia meneruskan kuliah di STIA Citarum
Semarang. Uniknya di kampus itu dia menjadi mahasiswa sekaligus dosen.
Senang organisasi
Kebetulan
sejak SMP Sasha suka organisasi. Di SMP dia dipercaya menjadi Ketua OSIS
(Organisasi Siswa Intra Sekolah). SMA-nya juga. Kemudian waktu kuliah di Unaki
sempat menjadi Wakil Senat. Ketika masuk dunia kerja semua pengalaman ini
membantunya.
Sasha
senang berorganisasi karena dengan berorganisasi dia bisa ketemu dengan banyak
orang. Sebelum masuk Paguyuban HRD, dia masuk dulu di Organisasi Sekretaris
Indonesia. Rupanya organisasi sekretaris dia pandang kurang begitu pas dengan
profesinya. Maka dia mencari-cari organisasi yang ada kaitannya dengan HRD. Dia
browsing mencari-cari di internet.
Akhirnya ketemulah Paguyuban HRD Jawa Tengah. Dia langsung masuk ke situ.
Keaktifannya di organisasi Paguyuban HRD membuatnya ditunjuk menjadi sekretaris
di Paguyuban HRD.
Trainer
Sasha
sekarang punya kegiatan sebagai trainer, antara lain pernah memberikan training
di BBPLK (Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja) Pedurungan, Semarang. Selain
itu saya pernah traniner di Undip (Universitas Diponegoro) Semarang dan
beberapa lembaga atau perusahaan lain.
Sasha
pertama kali mendapat job trainer dari Paguyuban. Dia diminta untuk jadi timnya
trainer di Paguyuban. Awalnya dia tidak berani waktu ditawari untuk ikutan jadi
trainer. Sebab masih ragu, belum yakin mampu karena merasa ilmunya masih
sedikit. Itulah sebabnya dia menolak. Tapi temannya di paguyuban terus
mendesak. “Udahlah yakin,” desak temannya.
“Dengan
modal nekat dan keyakinan, bahwa saya pasti bisa, akhirnya saya menyanggupi.
Keyakinan itu bisa mendobrak rasa takut, tidak percaya diri, dan rasa minder.
Itu semua kedobrak. Memang saya selalu punya keyakinan saya mampu. Saya mampu
untuk naik tangga lagi. Dengan keyakinan itu saya berani. Yang penting saya harus
banyak belajar dan membaca. Belajarlah menjadi seorang trainer yang baik,
mempersiapkan materi dengan baik dan sebagainya. Awalnya saya mendampingi dulu.
Baru mendampingi satu kali saya sudah berani terjun sendiri jadi trainer.
Sekitar dua tahun kemudian saya mendapat job trainer di BBPLK Semarang terus
tempat-tempat yang lain,” tuturnya.
Bekerja
di perusahaan kayu dan punya posisi yang mapan, masih nyambi kuliah, menjadi
dosen, dan memberikan training di beberapa perusahaan lain, apakah tidak menimbulkan
masalah dengan bos kayu? Sasha mengaku tidak masalah. Sebab selama ini,
menurutnya, semua kegiatannya di luar kantor tidak sampai mengganggu pekerjaan
kantor. “Kebetulan tipikal bos saya itu fleksibel. Yang penting pekerjaan
kantor beres. Toh saya mengajar kan tidak pada jam kerja. Memang pernah beberapa
kali pada jam kerja tapi saya sudah minta izin. Saya biasanya mengambil cuti. Kalau
ada kegiatan lain saya ambil cuti,” katanya.
Tips melamar
pekerjaan
Banyaknya
anak muda yang menganggur dan meningkatnya lulusan sekolah menengah, membuat
surat lamaran menumpuk di meja HRD. Sasha sering menemukan surat lamaran yang kurang
lengkap. Ada yang menata lampirannya terbalik-balik. Hal ini menyusahkan HRD yang
harus membaca surat lamaran dengan cepat. HRD menjadi terganggu dengan hal
sepele seperti itu, kekurang-telitian dari si pelamar. Khusus untuk level
operator masih bisa dimaklumi. Mungkin dari sisi SDM mereka kurang. Tapi untuk
level staf ini akan menjadikan penilaian minus, pengurangan nilai. Level staf
harus lebih rapi dan teliti.
Yamg
perlu diperhatikan pada saat interview,
pertama adalah penampilan. Untuk
level operator yang penting tidak menggunakan kaos, rambut tidak gondrong, dan
tidak tindikan. Kedua, pada saat
berinteraksi bicaranya bagus, bisa memberikan jawaban runut. Itu sudah cukup. Ketiga, mengisi formulir yang disediakan
perusahaan dengan baik. Itu sudah masuk penilaian. Tapi untuk level staf HRD
memeriksa lebih detail antara lain penampilan harus rapi dan memakai sepatu.
Karyawan menangis
Menurut
Sasha, bekerja di HRD itu unik, menarik, dan banyak menimbulkan kesan
tersendiri. Pengalaman itu banyak. Ada karyawan yang rumah tangganya punya
masalah. Si karyawan itu datang menemui Sasha dengan menangis, “Bu saya mau
cerita. Saya punya masalah”.
“Yo wis yuk masuk sik,” jawab Sasha sambil mengajak masuk ke ruang kerjanya. Di situ si
karyawan terus menangis. Tidak hanya perempuan, laki-laki juga sama. Itu
hal-hal yang membutuhkan sensitifitas.
“Iki yo karyawanku iki yo koncoku kan gitu. Saya berusaha untuk tidak terlalu masuk ke
dalam rumah tangganya tapi karyawanku harus tenang dan ada solusi. Kadang ada
yang berantem, sehingga harus resign (mengundurkan diri), karena ada rasa
curiga dengan pasangannya. Kalau karyawan yang bermasalah itu orangnya baik ya kami
berusaha membantu supaya rumah tangganya baik. Supaya tidak mengundurkan diri. Ada
juga yang punya masalah finansial. Kebutuhannya banyak. Lalu saya bantu semampu
saya. Hal semacam itu yang kadang tidak bisa dilupakan di mana saya pernah membantu,”
tuturnya.
Lain
lagi kalau menghadapi karyawan yang ndableg
itu merupakan tantangan tersendiri. Ada yang sehari masuk dua hari mbolos. Sebaliknya
ada juga karyawan yang hebat luar biasa. Kalau karyawan ini masa kerjanya sudah
lama, tentu mudah ketika karirnya dinaikkan. Tapi kalau karyawan hebat itu
masih tergolong karyawan baru tentu harus ada kiat tersendiri ketika harus menaikkan
karirnya supaya karyawan yang lama merasa tidak ditinggalkan. (an).
Catatan :
Naskah ini hasil wawancara Muhammad Anwari SN dengan Sasha Masadha di Resto Rodjo, Jl. Pemuda 77 Semarang pada Rabu, 29 November 2017.
Catatan :
Naskah ini hasil wawancara Muhammad Anwari SN dengan Sasha Masadha di Resto Rodjo, Jl. Pemuda 77 Semarang pada Rabu, 29 November 2017.
Numpang promo ya Admin^^
BalasHapusajoqq^^com
mau dapat penghasil4n dengan cara lebih mudah....
mari segera bergabung dengan kami.....
di ajoqq^^com...
segera di add Whatshapp : +855969190856